Browse By

Menjadi Pribadi yang Menarik, Anggun dan Simpatis

Karena keterbatasan waktu, maka dari sekian banyak pertanyaan yang masuk ke panitia semilis melalui milis seminar kharisma hanya 12 pertanyaan yang bisa dijawab oleh Narasumber kita, yaitu:

Pertanyaan 1

Bagaimana menjaga hubungan baik dengan teman-teman lama. Apakah ‘keep in touch’ dalam arti, selalu menelpon atau mengirim email atau ‘facebook’-an adalah sangat penting? ataukah cukup di moment-moment terterntu saja? Apakah dengan demikian tidak akan dianggap sombong atau tlh melupakan? ( ZF, Dresden-Jerman)

Jawaban
Dalam berteman, ada teman yang kita harus menyapanya secara langsung atau visual. Misalnya melalui email, Facebook, SMS atau Telpon. Sebagai seorang muslimah kita dapat menyapa teman-teman kita lewat do’a2 kita, ketika kita berdo’a untuk saudara-saudara atau teman-teman kita, maka kita ataupun mereka akan merasakan ikatan batin yang sangat kuat. Berdo’a semoga ikatan pertemanan kita akan tetap baik dan terjaga. Sehingga meskipun kita jarang bersua tak ada alasan bagi kita untuk tidak melakukan keep in touch, minimal mendo’akan mereka.

Pertanyaan 2

Memberi kesan baik pada saat perkenalan pertama dengan rekan kerja atau kolega adalah lebih mudah menurut saya, tapi bagaimana menjaga agar kesan baik itu terus berlanjut? (ZF, Dresden-Jerman)

Jawaban
Memberikan kesan pertama justru sebenarnya tidaklah mudah, tapi ketika kita sudah berhasil memberikan kesan pertama yang baik, maka cara mempertahankannya pada menit-menit selanjutnya adalah dengan tetap menjadi pribadi yang menarik. Diantaranya adalah dengan : Pertama, jangan menjadi orang yang membosankan. Mulailah asertif terhadap teman bicara, banyak mendengarkan dan mencoba memberikan jawaban2 yang dapat memperpanjang pembicaraan. Kedua, Berwawasan yang artinya kita paham akan kondisi di sekeliling kita, tahu apa yang tabu untuk dibicarakan. Jadi 5 menit pertama adalah penting, 10 menit kemudian adalah awal dari sebuah persahabatan. Seorang yang baik akan terlihat dari cara dia berbicara, gerak-gerik atau bahasa tubuhnya dan cara dia memandang saat bicara dan tidak menguasai pembicaraan.

Pertanyaan 3

Lingkungan kerja saya (saat ini sedang ambil Doktoral program) mayoritas orang Jerman. kemampuan bahasa Jerman saya sangat terbatas dan mereka cenderung ingin menggunakan bahasa Inggris dengan saya (mereka bilang untuk mempraktekan kemampuan bahasa inggris mereka juga). Alhasil, bahasa jerman saya juga jadinya tidak ada peningkatan. Masalahnya, dalam acara2 di institute, makan siang bersama sampai dengan pesta tahun baru misalnya, mereka cenderung berbahasa Jerman sesama mereka dan sangat sulit untuk saya untuk terlibat secara aktif. Bagaimana saya menyikapi hal ini? seringkali saya dan 1 orang asia lainnya hanya menjadi pendengar pasif atau jadinya cenderung menghindari acara2 bersama tersebut. Apakah itu sah2 saja ya dalam ilmu kepribadian? atau mungkin ada tips lain yg bisa saya coba terapkan. (Ww, Stuttgart- Jerman)

Jawaban
Untuk tidak datang dalam memenuhi undangan-undangan atau menghindari acara-acara disekitar kita akan menjadikan diri kita kurang pergaulan. Dalam ilmu kepribadian hal ini seharusnya tidak dilakukan. Dalam berteman dengan orang-orang yang berbeda bahasa dengan kita, sebaiknya kita menerangkan dari awal bahwa kita masih dalam kondisi mempelajari bahasa mereka dan tentu saja belum lancar. Terangkan juga kalau dengan bahasa inggris kita lebih bagus, jika mereka bersedia silahkan menggunakan bahasa inggris. Namun hal yang terpenting adalah, Kita harus mempraktekkan bahasa apapun yang kita pelajari dengan lawan bicara kita sesuai dengan bahasa mereka. Pupuklah rasa percaya diri, meskipun belum lancar, mereka akan tahu bahwa bahasa mereka bukanlah bahasa ibu kita. Jadi wajar kalau kita tidak sefasih mereka.

Pertanyaan 4

Mbak Ratih, bagaimana menghadapi lawan bicara pria yang ge-er lalu cenderung tidak sopan terhadap kita karena kita tadinya mencoba untuk bermanis muka/sikap untuk menghormatinya? Ini saya nanya beneran lho… bukan ge-er juga.. hehe.. (Canti, Kassel-Jerman)

Jawaban
Kadang-kadang ada orang yang tidak paham ketika kita menghormati dia dengan bahasa yang biasa, yang membuat di GeEr atau tidak sopan terhadap kita. Ketika kita merasa risih dengan itu, maka kita harus meningkatkan bahasa kesopanan kita sehingga dia merasa jengah dengan sendirinya. Misalnya ketika dia bercanda tidak sopan, kita harus melakukan pertanyaan ulang kepadanya seolah-olah kita tidak mendengarkan apa yang sedang dia bicarakan. Biasanya seorang pria akan memperbaiki pembicaraannya. Jadi ini adalah suatu trik yang membuat lawan bicara kita dapat memperbaiki sikap atau pembicaraannya. Ketidaksopanan akan berhenti dengan sikap kita yang tegas dan sopan.

Pertanyaan 5

Saat berkenalan, terutama di lingkungan pekerjaan atau akademis, penyebutan jabatan atau tingkat pendidikan diperlukan untuk menjelaskan siapa kita. Namun di lingkungan pergaulan sehari-hari, hal itu masih merupakan sesuatu yang bersifat pribadi, bukan untuk ditonjolkan. Padahal kadang kala perlu juga, Misalnya saat saya ke dokter sendiri, awalnya dokter memandang saya “rendah”, tidak akan mengerti penjelasan beliau, hanya karena saya tidak bekerja. Mungkin menurut beliau, orang yang tidak bekerja itu karena tidak berpendidikan. Apalagi saya cuma pendatang dari negara dunia ke tiga 🙁 Setelah saya jelaskan bahwa saya punya pendidikan yang cukup untuk memahami perkalian dasar (yups, betul, saya dianggap tidak memahami pengetahuan sesederhana itu!) dan mengapa saya tidak bekerja, baru beliau berubah pandangan. Tapi saya dah kadung bete duluan tuh… Hehehe…. Maaf jadi curhat… 😀 Pertanyaan saya; bagaimana cara memperkenalkan diri, berikut atribut2 kita (pekerjaan, jabatan, pendidikan), agar orang lain bisa melihat kapasitas kita, tanpa menimbulkan kesan menyombongkan diri? (Al, Cannes-Prancis)

Jawaban
Kesan pertama adalah timbul dari penampilan. Kadang-kadang orang yang smart tidak terlihat smart karena penampilannya. Kita dapat memperkenalkan diri kita dengan orang lain secara tidak langsung, misalnya bertanya kepadanya, (Anda mengambil dokter umum dimana dulu?). Kita tanggapi jawabannya dengan mengatakan (Saya juga punya teman kuliah disitu). Sehingga ada kesan bahwa kita juga orang yang berpendidikan. Ketika kita tidak bekerja atau berkarir diluar rumah, perlihatkan bahwa menjadi Ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang luar biasa hebatnya. Jaga penampilan yang tak kalah dengan wanita yang bekerja. Berbicar alah dengan nada yang tidak tinggi, bercanda dan sesekali memakai joke-joke setempat. Segala sesuatu akan tampak dari penampilan kita, dari wajah kita yang semua itu berasal dari hati kita. Jadi datang dari nergara yang berkembang atau dari negara ke-3 harus dikesampingkan. Munculkanlah dahulu bahwa diri kita sudah maju meski berasal dari negara yang berkembang. Ketika orang tersebut sudah mulai merendahkan kita, maka kitapun boleh sombong asal kesombongan itu masih dalam garis kebenaran atau tidak berbohong.

Pertanyaan 6

Dalam makalah Ibu disebutkan bahwa untuk menjadi pribadi yang menarik, kita harus dapat menjaga perasaan orang lain. Apa yang harus kita lakukan untuk dapat menjaga perasaan orang lain tapi juga tidak menyakiti diri sendiri? Berdasarkan pengalaman saya pribadi dalam menghadapi beberapa masalah dalam pergaulan, demi menjaga perasaan orang lain terkadang saya harus mengalah walau saya tahu saya tidak melakukan sesuatu yang salah (Iv, Padova-Italia)

Jawaban
Ketika kita menyatakan mengalah, hal ini bukanlah berarti kalah atau menang. Akan tetapi memberikan kesempatan pada otak kita untuk berpikir bagaimana caranya agar kita lebih menghargai diri kita sendiri setelah kita menghargai orang lain. Kalau kita ingin melihat perasaan orang lain, maka coba pulangkan atau kembalikan ke diri kita seolah-olah kita menjadi orang itu. Sehingga kita akan berpikir berkali-kali untuk harus menyakiti orang lain, karena kita bisa merasakan sakitnya jika kita disakiti juga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *