Browse By

Stem Cell

Di Indonesia, RS Jantung Harapan Kita, Kardiologi IPD RSCM bekerja sama dengan RS Dharmais yang menjadi sentra uji klinis ini.Selain itu sedang berjalan juga uji klinis terapi sel mesenkim untuk degenerasi tulang rawan.

Di luar negeri, ada beberapa uji klinis “stem cell therapy” untuk tumor otak, tissue engineering tulang rawan sendi, penyakit autoimun, kelainan darah, dll.

Di luar itu, semua “terapi stem cell” adalah eksperimental, apalagi kalau penyedia terapi tsb berkolaborasi dengan lembaga asing yang sifatnya komersil. Ini berupa himbauan untuk berhati-hati terhadap “pseudo-science” stem cell, atau yang ingin menawarkan terapi alternatif yang safety nya patut dipertanyakan.

Down Syndrome adalah penyakit genetik, kelainan kromosom (tempat blue-print, materi genetik kita, letaknya di inti sel). Dalam penanganan DS, stem cell sama sekali tidak bisa mengkoreksi penyebab DS maupun memiliki efek terhadap DS.

Stem cell adalah sel yang masih bersifat sangat muda, bisa menjadi semua jenis tipe sel di jaringan tubuh kita. Kemampuan stem cell untuk regenerasi jaringan sangat besar, namun mekanisme aksi stem cell belum dipahami secara jelas baik di kalangan scientist maupun medis.

Antara satu sentra penelitian dengan sentra penelitian lain, untuk menyebut satu sel itu stem cell atau bukan, diperlukan banyak penanda yang diperiksa dengan 2 atau 3 metode laboratorium.

Sehingga belum tentu yang ditawarkan kepada ibu Risma Abdi adalah stem cell, bisa jadi hanya kumpulan sel-sel yang terdiri atas beberapa jenis sel yang bukan stem cell. Lebih lanjut, stem cell memiliki kemampuan untuk membentuk tumor yang terdiri atas beberapa jaringan, sehingga bila disuntikkan ke manusia tentu ini berbahaya. Saat ini, memang sudah dikembangkan beberapa cara untuk mengatasi atau menghindari bahaya pembentukan tumor, namun semua masih dalam tahap eksperimental, dan diuji coba ke hewan coba.

Mengenai asal stem cell yang bersumber dari hewan, ini berarti xeno-transplantation stem cell dan di negara2 yang aktif mengerjakan riset stem cell, Xeno-transplant ditinggalkan karena tidak akan ditoleransi oleh sistem kekebalan tubuh kita dan bisa menjadi sumber transmisi penyakit dari hewan ke manusia.

Bila ingin mencari informasi tentang stem cell, bisa dimulai dari website NIH (Nationa Institute of Health), untuk di Indonesia, di www.selpunca.org. Milik FKUI/RSCM. (dr Radiana, MBiomed)

Pertanyaan:

2. Bagaimana dengan thalassemia nana? Apakah Ada update terbaru dgn stem cell ? Jazakillah. (dr AZ,Jakarta)

Jawaban:

Benar sekali Dok, untuk terapi(transplantasi) stem cell hematopoetik dari sumsum tulang, indikasi bukan hanya untuk leukimia. Thalasemia, Sickle Cell Anemia, Aplastic Anemia juga merupakan indikasi untuk transplantasi sumsum tulang (terapi stem cell hematopoetic).

Dari Prof Dr Arry Harriyanto, SpPD-KHOM, transplantasi sumsum tulang juga diindikasikan pada kasus2 onkologi yang dalam tata laksana dilakukan iradiasi sumsum tulang, sehingga diharapkan stem cell hematopoetik yang ditransplantasikan dapat memulihkan populasi sel-sel darah seoptimal mungkin.

Namun, pilihan terapi stem cell diketahui hanya membantu kurang dari 25% kasus2 Thalasemia karena kausa utama terletak pada defek genetik produksi rantai beta hemoglobin (protein pengangkut oksigen di sel darah merah).

Tahun 2010, Dr Giuliana Ferrari dari San Rafaelle Telethon Institute for Gene Therapy di Milan, Italia secara baik menunjukkan modifikasi genetik stem cell hematopoetik untuk thalasemia anak (EMBO Molecular Medicine), ini membuka peluang untuk koreksi kelainan2 darah lainnya yang memiliki kausa utama di gen dengan kombinasi gene therapy lewat stem cell.

Yang menarik lagi adalah stem cell yang diproduksi dari sel-sel yang diambil dari pasien sendiri, sel dewasa yang diprogram ulang untuk kembali bersifat seperti stem cell, kini dikenal dengan iPS (induced pluripotent stem cell).

Untuk Thalasemia, Ye dkk (PNAS2009) menunjukkan kemampuan untuk membuat iPS dari fibroblas kulit pasien thalasemia (dan yang terdiagnosis pre-natal dengan thalasemia) dan bisa memproduksi sel-sel darah dengan hemoglobin normal. Kendala aplikasi klinisnya adalah cara membuat modifikasi genetik tersebut dengan pembawa materi genetik (vektor) lentivirus(virus ini satu famili dengan virus HIV) dan kekhawatiran akan toksik terhadap sel atau resiko bergabungnya gen ke lokasi-lokasi yang rawan untuk munculnya cancer. Masih banyak yang perlu dikaji lagi tentang terapi stem cell, Dok. Mudah-mudahan sedikit informasi ini bermanfaat. (dr Radiana, MBiomed)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *