Burn Out
Menurut istilah kesehatan sendiri, stress digolongkan ke dalam beberapa tingkatan dari yang ringan hingga sampai yang berat, biasa disebut depressi. Stress dapat terjadi karena beban berat (masalah) yang dialami, harapan yang tidak tersampaikan, keadaan realita yang jauh dari impian, rasa takut dan lain-lain. Penyakit ini masuk ke dalam penyakit psikis. Penyakit fisik semisal sakit batuk, panas, kanker, dan diabetes mudah dikenali dan mudah terdiagnosa oleh dokter. Pengobatannya pun relatif lebih mudah dan beragam, mulai dari obat-obatan sampai pengobatan alternatif. Sedangkan penyakit psikis, contohnya stress, tidak mudah untuk diobati. Hal ini dikarenakan penyakit psikis harus dicari dulu penyebabnya dan setiap orang memiliki sebab atau pemicu yang berbeda-beda. Jadi bisa dibilang stress merupakan penyakit individu, yang butuh konsultasi dan terapi pengobatan yang berbeda-beda. Penyakit ini juga disebut penyakit laten atau tersembunyi yang kadang-kadang tak terdeteksi hingga akhirnya sang pasien mengalami depressi berat hingga dapat berujung pada hal yang sangat tidak diinginkan yaitu bunuh diri. Hal ini dikarenakan pasien tidak mampu lagi untuk menahan beban yang dipikul dan tidak menemukan jalan keluar atas masalahnya.
Membahas lebih lanjut mengenai penyakit psikis, dewasa ini penyakit ini menjadi tema yang hangat dibicarakan baik di kalangan medis atau kesehatan hingga dikalangan masyarakat umum. Contohnya sekarang mulai populer istilah burn out untuk menggambarkan penyakit stress yang dialami seseorang (walaupun istilah ini sudah ada sejak dulu tetapi tidak sepopuler sekarang). Biasanya istilah ini digunakan untuk mengistilahkan orang-orang yang bekerja dan mengalami beban kerja yang sangat besar secara terus menerus hingga mengakibatkan burn out. Burn out sendiri bisa dialami siapa saja, tidak hanya orang yang bekerja kantoran, bahkan ibu rumah tanggapun bisa terserang burn out ini. Menurut arti bahasa burn out adalah terbakar. Burn out syndrome bisa diartikan sebagai penyakit psikis dimana terjadi kelelahan emosional hingga mengakibatkan penurunan daya kerja (kinerja kerja). Sindrom burn out merupkan hasil dari proses tekanan psikis atau frustasi yang berkepanjangan dan tidak menemukan solusi atau jalan keluar sehingga keadaan frustasi yang berkelanjutan tadi mengakibatkan halusinasi, rasa takut, rasa marah, lelah yang berkepanjangan, dan depresi. Jika berkelanjutan maka burn out ini bisa mengakibatkan gangguan organ-organ tubuh yang lainnya dalam artian kondisi fisik akan terganggu oleh burn out ini.
Membahas lebih lanjut mengenai penyakit psikis, dewasa ini penyakit ini menjadi tema yang hangat dibicarakan baik di kalangan medis atau kesehatan hingga dikalangan masyarakat umum. Contohnya sekarang mulai populer istilah burn out untuk menggambarkan penyakit stress yang dialami seseorang (walaupun istilah ini sudah ada sejak dulu tetapi tidak sepopuler sekarang). Biasanya istilah ini digunakan untuk mengistilahkan orang-orang yang bekerja dan mengalami beban kerja yang sangat besar secara terus menerus hingga mengakibatkan burn out. Burn out sendiri bisa dialami siapa saja, tidak hanya orang yang bekerja kantoran, bahkan ibu rumah tanggapun bisa terserang burn out. Menurut bahasa, burn out artinya terbakar. Burn out syndrome bisa diartikan sebagai penyakit psikis dimana terjadi kelelahan emosional hingga mengakibatkan penurunan daya kerja (kinerja kerja). Sindrom burn out merupkan hasil dari proses tekanan psikis atau frustasi yang berkepanjangan dan tidak menemukan solusi atau jalan keluar sehingga keadaan frustasi yang berkelanjutan tadi mengakibatkan halusinasi, rasa takut, rasa marah, lelah yang berkepanjangan, dan depresi. Jika berkelanjutan maka burn out ini bisa mengakibatkan gangguan organ-organ tubuh, artinya kondisi fisik pun akan ikut terganggu.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, burn out mengakibatkan kerugian yang cukup besar di masyarakat dan perusahaan pada khususnya. Sehingga saat ini muncul ilmu disiplin baru yang mulai popular dan diterapkan di perusahaan-perusahaan untuk menghindari terjadinya stress (burn out) atas beban berat akibat pekerjaan dan lingkungan kerja. Ilmu disiplin baru tersebut adalah Betriebliches Gesundheitsmanagement atau occupational health management atau manajemen kesehatan perusahaan
Sebuah institut di Jerman yang cukup terkemuka meneliti tentang kesehatan, vaksin dan lain-lain, Robert Koch Institute menyebutkan dalam jurnalnya yang berjudul “Health in Germany” bahwa 15% dari wanita di Jerman dan 8% dari pria di Jerman menderita gangguan kejiwaan atau stress. Dan 15% dari pasien yang mengalami gangguan jiwa atau stress yang berat berakhir dengan bunuh diri. Hasil statistik yang sangat mengejutkan jika melihat negara jerman yang serba kecukupan dengan sistem manajemen yang sangat baik yang menuntut kesempurnaan. Tetapi dibalik semua itu ternyata ada yang hilang dari sistem sosial masyarakatnya.
Yang pertama adalah agama yang sudah tidak dianggap penting lagi oleh sebagian besar generasi muda. Data ini bisa dilihat dengan meningkatnya jumlah orang yang atheis atau tidak beragama di negara ini. Yang kedua adalah individualitas masyarakatnya. Hal ini bisa kita lihat dengan sangat dijunjung tingginya ruang lingkup privat seseorang atau hak pribadi. Hal ini mengakibatkan semua orang berurusan dengan urusannya masing-masing tanpa adanya rasa saling membantu. Selain itu hedonisme yang berkembang di masyarakat. Kemudian tingkat persaingan yang tinggi. Tingginya tingkat perceraian dan hidup tanpa ikatan pernikahan. Dan masih banyak lagi permasalahan masyarakat lainnya yang mendukung terjadinya stress yang tinggi atau individu yang rentan terhadap stress.
Seperti pepatah sedia payung sebelum hujan, sebelum resiko sindrom burn out atau stress menyerang kita, bagaimanakah caranya agar kita terbebas atau terhindar dari sindrom burn out ini?. Layaknya kondisi imunitas yang berbeda-beda pada setiap orang untuk menghalau masuknya penyakit di dalam tubuh kita, penyakit psikis ini juga membutuhkan imunitas tersendiri untuk menghalaunya. Setiap orang memiliki tingkat imunitas yang berbeda-beda terhadap hal-hal pemicu stress. Contohnya, pekerja A dan B mengalami masalah di pekerjaannya, banyak tekanan dari atasan dan beban kerja yang berlebih. Tetapi pekerja B bisa mengatasi stress-stress yang dialami, sedangkan pekerja A mengalami stress berkelanjutan hingga depressi. Hal ini dikarenakan pekerja B bisa menemukan jalan keluar dari stress-stress yang dialami. Jadi walaupun beban stressnya kurang lebih sama, tingkat imunitas seseorang terhadap stress bisa jadi berbeda-beda.
Menurut teori psikologi, imunitas seseorang terhadap stress bergantung kepada resource dan stressoren. Akan saya jelaskan apa yang dimaksudkan dengan Stressoren dan Resource. Stressoren adalah semua hal, baik internal atau ekternal yang dapat mengakibatkan stress. Contoh faktor eksternal adalah beban kerja yang sangat besar, lingkungan kerja yang kurang ramah, lingkungan rumah atau keluarga yang tidak mendukung, teman-teman yang kurang bersahabat dan tingkat kesenjangan sosial yang sangat tinggi. Sedangkan faktor internal stressoren seseorang adalah sifat seseorang yang membuat orang tersebut lebih mudah terkena stress. Contohnya sifat yang sangat tertutup, selalu atau sering berpikiran negatif terhadap sesuatu, susah bergaul, menyendiri, susah menerima perubahan-perubahan, susah untuk mengatur dan membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga, tidak dapat menerima ketegangan beban kerja ataupun beban kehidupan dan lain sebagainya.
Sedangkan Resource adalah imunitas yang membuat seseorang bisa bertahan terhadap stressoren; contohnya adalah sifat yang terbuka dan mudah berbagi, seseorang yang berpikiran positif, seseorang yang lebih bisa mengatur waktu dan dirinya, seseorang yang bisa membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga. Contoh lainnya adalah lingkungan keluarga dan masyarakat yang mendukung, teman-teman yang dapat memberikan ketenangan dan solusi jika terjadi masalah dan masih banyak lagi. Salah satu faktor terpenting dari resource adalah agama. Agama merupakan salah satu kekuatan atau imunitas seseorang terhadap faktor-faktor stress di sekitar kita. Karena kedekatan kita terhadap Sang Pencipta, memberikan ketenangan dan kepasrahan serta kekuatan yang tidak bisa dibeli dan didapatkan dengan jalan lain. Juga perlu diingat bahwa tubuh kita terdiri dari fisik (jasad atau tubuh) dan raga (jiwa) yang kesemuanya butuh keseimbangan yang harus dijaga. Jika tubuh maka memerlukan makanan yang bergizi, baik dan menyehatan, serta olahraga dan istirahat. Sedangkan jiwa membutuhkan asupan ketenangan, seperti ibadah, berlibur dan yang lainnya.
Beberapa hal pertama yang bisa kita lakukan jika kita merasa sedang menghadapi beban yang besar adalah berkomunikasi. Ini merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi beban yang kita sedang rasakan selain itu juga untuk mencari jalan keluar dari masalah yang sedang kita hadapi. Sangat dianjurkan untuk mencari partner cerita yang terpercaya dan dapat memberikan alternatif jalan keluar yang baik. Yang kedua adalah mencoba rileka atau tenang atau istilahnya bed rest, jika memiliki keluarga maka bisa mencoba untuk berekreasi atau berlibur bersama, bermain bersama anak dan lain-lain. Jika stress yang dialami sudah menyerang hingga ke depresi dan mengganggu sistem-sistem saraf pada tubuh, sebaiknya konsultasi ke psikolog atau ke dokter-dokter yang terpercaya.
Bagi masyarakat yang beragama, hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan sistem kekebalan kita terhadap stress adalah dengan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Karena ketenangan dapat didapatkan melalui jalan ini. Dan jika ketenangan sudah didapatkan maka akan mudah bagi seseorang untuk berpikir dan mencari solusi terhadap permasalahan-permasalahan yang tengah di hadapi. Orang yang dekat dengan Tuhan, tentu akan mencari solusi-solusi yang baik, bukan dengan cara instan yang jutru menambah masalah dan mengakibatkan stress yang lainnya.
Bagi orang yang beragama Islam, ada cara yang dianjurkan jika sedang mengalami tekanan atau stress yaitu dengan memperbanyak ibadah dan amal (sedekah dll.). Ibadah merupakan cara komunikasi kita dengan Sang Pencipta, sarana untuk mengadukan semua keluh kesah dan permasalahan yang tengah kita hadapi. Jika hal ini dipraktekkan, Insya Allah kita akan terbebas dari stress dan permasalahan-permasalahan yang ada, sehingga burn out sindrom bukan lagi menjadi masalah. Kehidupan keluarga menjadi lebih harmonis, kinerja kerja bertambah, teman bertambah dan tentu saja rizkipun akan bertambah, Insya Allah.
Sumber:
Buku
- Baumanns, Rolf (2009) Unternehmenserfolg durch betriebsliches Gesundheitsmanagement, Nutzen für Unternehmer und Mitarbieter. Verlag Ibidem: Suttgart
- Knoll, Nina; Scholz, Urte; Rieckmann, Nina (2005) Einführung in die Gesundheitspsychologie. Verlag Reinhardt: München
- Meichenbaum, Donald (2003) Intervention bei Stress: Anwendung und Wirkung des Stressimpfungstrainings. Verlag Hans Huber: Bern
- Santosa, Ippho (2010) 7 Keajaiban Rezeki, Rezeki Bertambah, Nasib Berubah, dalam 99 Hari, Dengan Otak Kanan. Elex Media Komputindo: Jakarta
Halaman Web
- https://www.destatis.de/DE/ZahlenFakten/GesellschaftStaat/Gesundheit/Todesursachen/Tabellen/GestorbeneAnzahl.html
- http://www.rki.de/cln_116/nn_204568/EN/Content/Health__Reporting/HealthInGermany/GesInDtldSummary,templateId=raw,property=publicationFile.pdf/GesInDtldSummary.pdf
- http://de.wikipedia.org/wiki/Burnout-Syndrom
- http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20100102093401AAunGab