Browse By

Terapi Stem Cell untuk Multiple Sclerosis

Jawaban:

Terima kasih atas pertanyaan ibu M di Tangerang. Kami turut prihatin dan mendoakan agar suami ibu M dan ibu tetap tegar dan sabar dalam mengupayakan pengobatan yang terbaik sehingga penyakit Multiple Sclerosis (MS) suami memperoleh kesembuhan dari Allah SWT, Rabb yang Maha Kuasa menyembuhkan segala penyakit. Manusia hanya bisa berikhtiar bu, mengupayakan pengobatan yang paling optimal. Hendaknya kita semua menyadari bahwa kesembuhan dari penyakit datangnya dari Allah Swt, oleh karenanya kita berharap kesembuhan hanya kepada Allah Swt.

Apa dan kenapa terjadi penyakit MS?

Penyakit Multiple Sclerosis adalah penyakit autoimun di mana sel darah putih yang bernama limfosit T yakni kelompok sel T-helper17 mengenali protein selubung pembungkus saraf yakni myelin  milik diri sendiri sebagai zat asing (antigen). Reaksi selanjutnya adalah aktivasi kelompok sel T sitotoksik, sel makrofag, monosit dan mikroglia serta sistem komplemen untuk menyerang atau menghancurkan saraf tersebut. Peristiwa pertama ini terjadi di sawar darah-otak, letaknya sekitar pembuluh darah dekat ruang berisi cairan serebrospinal di otak (ventrikel otak). Kejadiannya akut (mendadak atau tiba-tiba) dan seringkali belum ada gejala yang terlihat secara umum. Pada perkembangan selanjutnya (fase relaps), reaksi peradangan lebih hebat dipicu oleh hadirnya sel dendritik dan sel limfosit B yang menghasilkan antibodi terhadap selubung myelin dan lokasinya menyebar,  selain di jaringan otak juga mengenai persarafan di sumsum tulang belakang dan otonom.

Secara umum pertarungan sel-sel yang disebutkan di atas (atau disebut sel-sel imun) menimbulkan kondisi peradangan akut dan berakhir (fase remisi/remiten) dengan lesi-lesi (kerusakan) saraf berupa plak-plak sklerosis yang bersifat permanen. Plak-plak sklerosis ini bisa terdeteksi lewat Magnetic Resonance Imaging (MRI) sehingga untuk menegakkan diagnose MS diperlukan pemeriksaan MRI. Plak-plak sklerosis yang tersebar di susunan saraf pusat dan tepi inilah yang disebut multiple sclerosis. Yang dimaksud dengan plak-plak sklerosis di sini bisa diumpamakan dengan jaringan parut di kulit yang terluka. Saat kulit kita tersayat atau teriris cukup dalam, selain berdarah juga terjadi proses penyembuhan luka. Proses penyembuhan luka awalnya adalah proses peradangan, yang berujung pada tertutupnya luka oleh jaringan parut. Penampakan jaringan parut di kulit seperti bekas luka yang lebih pucat warnanya dari warna kulit sekitar dan kadang menonjol dibanding permukaan kulit sekitar. Jaringan parut ini tidak bisa menggantikan fungsi jaringan semula. Sifatnya hanya mengisi kekosongan tempat jaringan yang rusak. Bisa dibayangkan bila ini terjadi di otak atau susunan saraf lainnya, plak sklerosis adalah tanda kerusakan permanen yang tidak bisa menggantikan fungsi persarafan yang semula.

Gejala-gejala yang muncul setelah terjadi MS tergantung pada lokasi anatomis kerusakan di sistem saraf. Gangguan yang sering dijumpai di antaranya adalah gangguan persarafan sensoris misalnya nyeri, raba, rasa; gangguan penglihatan; gangguan persarafan motoris berupa kelumpuhan, otot kejang atau kaku (spastis); fatigue (keletihan); gangguan fungsi luhur seperti depresi (gangguan emosi yang cenderung murung dan sedih) dan gangguan memori; dan/atau persarafan otonom yang mengatur kerja organ-organ vital seperti jantung, paru-paru bahkan alat kelamin dan organ pembuangan seperti pengaturan otot di saluran kencing dan dubur.

Diagnosa MS ditegakkan berdasarkan gejala-gejala klinis, pemeriksaan fisik-neurologis dan pemeriksaan penunjang di antaranya pemeriksaan cairan serebrospinal dari tulang belakang (prosedurnya dinamakan punksi lumbal) dan MRI.

Mengenai kenapa terjadi penyakit MS atau apa yang menjadi penyebab penyakit MS, di antara sekian banyak teori sejauh ini dua teori yang kuat berdasarkan riset terhadap pasien-pasien MS.

Pertama, ada faktor kecenderungan genetik yang menyebabkan orang tersebut rawan mengalami penyakit MS. Diketahui orang-orang Eropa yang memiliki gen Human Leucocyte Antigen (HLA) class II—molekul ini fungsinya memproses dan memperkenalkan protein/antigen ke sel T – tipe tertentu, yakni HLA-DRB1*1501 dan HLA-DRB5*0101 memiliki resiko tinggi untuk terkena penyakit MS. Sehingga orang-orang yang memiliki tipe HLA tersebut memiliki sel T autoimun terhadap protein/antigen yang berasal dari jaringan otak (myelin atau lengkapnya myelin basic protein/MBP).

Kedua, pasca infeksi virus (Eipstenn-Barr Virus, atau disingkat EBV). Diketahui ketika infeksi virus terjadi kelemahan di barrier (sawar) darah-otak, sawar dalam keadaan normal menjaga jaringan otak tetap steril, infeksi virus bisa membuka celah sawar tersebut. Penjelasan infeksi virus sebagai penyebab MS antara lain memicu reaksi sel T autoimun untuk menembus sawar darah-otak dan menimbulkan peradangan di jaringan otak; lalu mengeluarkan zat-zat kimia dan ekspresi molekul yang pro-peradangan Toll-like receptor, Interleukin-1, Interleukin-6 dan TNF.

Bagaimana perkembangan terapi kedokteran untuk penyakit MS?

Di seluruh dunia, diperkirakan 2,1 juta orang mengalami penyakit MS. Jika dibiarkan tanpa terapi, sekitar > 30% pasien dengan MS akan menderita cacat fisik secara lambat-progresif dalam jangka waktu 20-25 tahun sejak pertama kali muncul. Sebagian kecil,

Terapi untuk penyakit MS meliputi dua strategi, pertama adalah modifikasi proses peradangan yang disebabkan reaksi autoimun dan kedua adalah terapi untuk menangani gejala-gejala MS.

Obat-obatan yang diindikasikan untuk penyakit MS, beredar di Indonesia dan dilaporkan dalam jurnal-jurnal kedokteran adalah sebagai berikut:

  1. Kortikosteroid
    Obat anti peradangan ini diberikan dalam fase akut MS, dalam kasus-kasus emergency, maka  diberikan steroid intravena, immunoglobulin intravena atau plasma pheresis. Jenis obat kortikosteroid yang diberikan adalah Methyl prednisolon. Selain itu dalam fase akut, Dexamethasone juga dapat diberikan oleh Dokter.
  2. Interferon-β (IFN-β)
    Terapi ini sudah teruji dan diakui di dunia kedokteran untuk terapi MS pada serangan pertama dan relapsing-remitting MS (RRMS). Hasil terapi menunjukkan pengurangan lesi-lesi sklerosis secara cepat dari pantauan MRI. Di Indonesia, Interferon-β (IFN-β)-1b dan Interferon-β (IFN-β)-1a beredar dalam bentuk obat paten dengan sistem injeksi, dosis dan pemberian obat harus dalam pantauan Dokter.
  3. Glatiramer
    Uji klinis terhadap 251 pasien dengan relapsing-remitting MS (RRMS) terdapat penurunan angka kekambuhan (relaps) sebesar 29% selama 2 tahun, juga melambatnya proses munculnya cacat fisik. Di Indonesia, beredar Glatiramer Acetate, obat paten dalam bentuk injeksi ke kulit pasien. Pemberian obat hanya dilakukan oleh Dokter.
  4. Cyclophospamide
    Ini adalah obat pilihan untuk stabilisasi MS yang agresif. Pemberian infus Cyclophospamide dosis tinggi selama 4 hari dilanjutkan dengan pemberian Glatiramer jangka panjang dilaporkan cukup ditoleransi pasien, efektif menurunkan resiko relaps, progresivitas ke kecacatan dan lesi MS yang baru. 
  5. Alemtuzumab
    Antibodi terhadap CD52 yang bekerja untuk menurunkan jumlah sel-sel limfosit T di peredaran darah. Dilaporkan mengurangi reaksi peradangan secara signifikan. Di Indonesia beredar satu jenis obat paten dalam bentuk infus dan dilakukan bertahap selama 3x per minggu selama 12 minggu. Pasien dirawat inap selama pengobatan. Obat ini masih digolongkan dalam tahap eksperimental.

Obat-obatan MS lainnya yang beredar di luar negeri untuk memodifikasi atau memperlambat progresivitas MS di antaranya: Natalizumab, Fingolimod, Teriflunomide, laquinomid dan dymethil furoate. Ketiga terakhir masih dalam tahap eksperimental.

Obat-obatan yang bertujuan untuk mengurangi gejala-gejala MS, indikasinya sesuai dengan gejala yang timbul. Sebagai contoh untuk dua keluhan yang sering dialami pasien MS, yakni nyeri dan fatigue. Obat-obatan seperti amantadine, methylphenidate dan fluoxetine diberikan untuk mengatasi gejala fatigue. Obat-obatan anti nyeri seperti ibuprofen, aspirin diberikan sesuai indikasi.

Dari penjelasan di atas, diagnosa MS dan status perjalanan penyakit MS dapat ditentukan secara klinis dan perkembangan terapi kedokteran termasuk obat-obatan untuk penyakit MS berdasar status perjalanan penyakitnya sudah tersedia. Saran kami agar ibu dan suami bersedia untuk mencari opini pakar di bidang penyakit autoimun di Indonesia dan mendiskusikan diagnosa dan pilihan-pilihan terapi yang tersedia saat ini di Indonesia untuk suami ibu M.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *