Sesi Tanya Jawab SemOL : “Digita Era : Tantangan Mendidik Generasi Z”
Pada artikel sebelumnya, kami telah merangkum isi dari seminar online yang kami adakan pada tanggal 22 Maret 2020 lalu dengan narasumber kak Sinyo Egie. Pada kesempatan kali ini, kami ingin menyampaikan beberapa pertanyaan yang telah dijawab oleh narasumber dan juga pertanyaan-pertanyaan yang belum sempat terjawab pada sesi tanya jawab.
Mari kita simak bersama 😉
- Jika sudah mengalami nomophobia (ketergantungan dengan gadget), bagaimana solusinya?
> Jauhkan dari media tapi jangan secara tiba-tiba, harus perlahan dan ini butuh waktu. Orang tua harus
sabar. Cari penyebabnya, pahami latar belakang ketergantungan anak, apakah karena pihak orang tua yang
mendorong perilaku kecanduan anak. - Untuk durasi pemaparan elektronika aktif selama 2 jam/minggu untuk umur dibawah 2 tahun, apakah dengan
video call bersama keluarga yang jauh tempat tinggalnya termasuk kategori pemaparan elektronika aktif?
> Ya, itu termasuk elektronika aktif. Baiknya diberi jeda yang agak panjang, misal pagi orang tua/saudara menyapa
anak (melalui video call) jangan lama-lama. Lalu mulai lagi siangnya. Tidak ada durasi yang fix untuk waktu video call, tergantung karakter anak. - Kesulitannya, terkadang saya juga perlu untuk menggunakan laptop/gadget lain demi menyelesaikan
beberapa pekerjaan di rumah, di jam prime time anak. Bagaimana solusi agar kita bisa mengarahkan
anak agar tidak adiktif dengan gadget, meskipun melihat kondisi orang tuanya rutin menggunakan
gadget?
> Lihat usianya, jika anak masih balita, maka baiknya dihindari. Tapi jika darurat, maka libatkan anak,
tunjukkan apa yang sedang dikerjakan orang tua, insya Allah anak akan paham. Jika anak sudah di atas 6 tahun, jelaskan secara jujur namun tidak vulgar. Secara psikologis anak akan merasa senang jika orang tua jujur dan menunjukkan pekerjaannya, maka akan merasa dihargai. - apakah anak yang usianya diatas 10 tahun sudah bisa dibilang dewasa dan sudah bisa diberi tanggung jawab pemakaian Gadget? atau mulai kapan kita bisa memberikan Gadget ke anak dan apakah ada batasan waktunya?
> Tergantung pendidikan di rumah keluarga tersebut. Anak harus diajarkan untuk bertanggung jawab atas
apa yang dia pilih. Anak benar-benar dewasa ketika sudah aqil dan sudah baligh. Ketika aqil, anak sudah boleh diberikan
hukuman. Parenting itu disesuaikan dengan keluarga masing-masing, jangan copy paste pola pendidikan dari
buku/trainer, sesuaikan dengan situasi, kondisi, dan kepribadian anak. - Bagaimana bila di suatu acara di luar rumah anak ingin memegang gadget/main game karena melihat anak lainnya, padahal anak sudah menggunakan jatah hariannya?
> Lihat situasi dan kondisi, kalau memang memungkinkan kasih pengertian sambil diajak ngobrol atau beraktivitas, misalnya yang datang ibu dan bapak maka salah satu saja yang aktif ikut acara satunya mengasuh bermain namun jika situasi dan kondisi tidak memungkinkan it’s oke dengan penjelasan kenapa dibolehkan tambahan waktu tersebut. - Bagaimana mengatasi rasa minder pada anak karena kita membatasi gadget dan game, dia “ga bisa gaul” dengan teman-teman di sekolah karena ga “up to date” dan mungkin sulit mendapatkan teman yang tidak terpapar gadget?
> Setiap manusia perlu eksistensi dalam sosial dengan menunjukkan kelebihannya misalnya kecantikan, kecerdasan, kepandaian, kekayaan dll, nah mengetahui update terkini soal gadget dll salah satu cara. Untuk film dan berita bisa ditonton dan dibahas bersama, untuk game-game tertentu bisa baca review agar tidak kudet (kurang up to date) atau dibolehkan kalau perlu orang tua bermain bersama agar memahami dunia anak-anak zaman now. Jadi ketika temannya bicara dia nyambung, namun anak perlu ada hal lain yang ditonjolkan, kalau di keluarga saya ya ketakwaan kepada Allah, memang itu priorotas utama pendidikan kita sejak kecil jadi yang diunggulkan itu sedangkan lain-lain ikut saja sesuai situasi dan kondisi. - Anak saya sekarang berusia 2 tahun, pertanyaannya apakah boleh anak tersebut ditayangkan video YouTube yg bergambar, misalkan video tentang hewan atau video kartun yang menarik bagi si anak, namun bermurottal.. Bagaimana idealnya?
> karena sudah dua tahun maka hitungannya maksimal 2 jam per hari (Idealnya) jadi tidak masalah. Kalau saran saya sebaiknya dikasih jeda, misalnya nonton 30 menit berhenti ganti akvitas lainnya, nanti selang dua jam kemudian nonton lagi begitu lihat situasi kondisi di keluarga. Khusus untuk hafalan sebaiknya sih langsung melihat mimik muka dll kecuali pasif sebagai pengantar kegaiatan lain agar terbiasa dengan lantunan ayat-ayat suci. - Saat ini banyak applikasi / web untuk “memantau” anak dalam menggunakan gadget, seperti netnanny, qustodio, dll. Apakah itu bisa membantu?
> Ini efektif untuk anak batita, di Indonesia ada KAKATU dan itu juga bagus. Kalau sudah tiga tahun ke atas sebaiknya dilatih mandiri pelan-pelan karena kalau memakai aplikasi terus nanti dia tahu kalau dibatasi (ini bahaya kalau tanpa penjelasan baik secara agama dan fakta dan data) jadi yang ditumbuhkan imunitas dari dirinya saja.
Bagi sahabat Kharisma yang ketinggalan seminar online “Digital Era : Tantangan Mendidik Generasi Z” dapat sahabat saksikan di channel youtube kami : “KHARISMA Woman & Education” pada tautan berikut. Jangan lupa subscribe, like dan comment video-video Kharisma dan nantikan video-video bermanfaat lainnya, insyaaAllah
Semoga bermanfaat <3