Ketika Galau Bikin Risau: Mengenali dan Mengatasi Stress dengan Efektif
Banyak orang sering mendengar kata stress dan depresi tetapi masih sedikit media informasi yang berhubungan dan mambahas penyebab depresi dan bagaimana kiat-kiat untuk mengatasi masalah psikologis yang satu ini. Drepresi adalah akibat atau hasil dari tekanan atau stress yang terjadi secara terus menerus. Depresi sendiri adalah masalah kesehatan yang dapat menyerang siapa saja. Penyakit ini sangat penting untuk diteliti dan didiskusikan, karena merupakan gangguan jiwa yang paling sering terjadi di negara-negara di dunia tak terkecuali juga di Indonesia. Prevalensi (jumlah kasus yg terjadi pada wilayah dan waktu tertentu) di dunia antara 10% hingga 21%. Dan 50% diantaranya terjadi pada usia produktif antara 20 hingga 50 tahun. Depresi pada usia produktif akan mengakibatkan seseorang kehilangan produktifitasnya dan dampak lainnya adalah meningkatkan resiko bunuh diri. Hasil data statistik lainnya yang menyangkut depressi adalah bahwa penyakit psikis ini paling sering dialami pada usia-usia produktif.
Menurut data WHO lebih dari 100 juta individu di dunia mengalami deresi dan sekitar 1 juta mencoba bunuh diri. Hal ini juga dapat kita saksikan atau kita baca di berbagai media bahwa hampir tiap hari terjadi kasus bunuh diri. Bahkan di daerah pedesaanpun contohnya gunung kidul tingkat bunuh dirinya juga tinggi. Data statistik juga menunjukkan bahwa 33% ibu-ibu pernah mengalami depresi yang mengakibatkan disability atau ketidakmampuan melakukan aktifitas. Dari hasil data-data statistik yang ada, WHO memprediksikan bahwa pada tahun 2020 depresi menjadi penyakit ke 2 terbesar yang menyebabkan difungsi fisik. Oleh karena peningkatan jumlah pengidap depressi yang cukup signifikan, federasi kesehatan dunia pada tanggal 10 Oktober 2012 menyelenggarakan konferensi kesehatan dengan tema depressi. Mengingat penaggulangan terhadap penyakit psikis ini perlu segera dilakukan bersama.
Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa penyakit jenis ini banyak diderita masyarakat dari segala usia, jenis kelamin dan status sosial. Tetapi depresi kurang dikenal atau dipahami oleh masyarakat karena awalnya hanya dikenal sebagai gangguan perasaan biasa contohnya perasaan sedih, kurang berharga, malas melakukan apapun dan lain-lain. Masyarakat akan paham jika mereka sakit dan perlu konsultasi ke dokter jika terdapat effek atau gangguan fisik pada fungsi tubuh seperti capek, pusing, sesak nafas dan yang lainnya. tetapi ganguan-gangguan fisik tersebut jika dilakukan diagnose hasilnya tidak terdeteksi adanya penyakit.
Hampir semua orang pernah mengalam gejala depresi ringan seperti panik atau sedih. Depresi jenis ini tidak perlu dikhawatirkan. Generasi muda memiliki resiko stress lebih tinggi karnena adanya perubahan hormon, fisik psikologis dan lingkungan sosial. Melancholy adalah gambaran siklus atau perubahan perasaan ke arah kesedihan atau serba suram atau ada lagi istilah depresi mania yang dikenal sebagai kegembiraan yang meluap-luap. Selain itu ada juga istilah bipolar yang diketahui sebagai perubahan-perubahan antara sendih, tak ada semangat tetapi kemudian suatu waktu berubah menjadi kegembiraan yang meluap-luap. Gangguan perasaan yang lainnya adalah perasaan sia-sia, merendahkan diri, mengharapkan kematian dan mengalami symtom-symtom ketidakpuasaan terhadap organ-organ di dalam tubuhnya, kehilangan nafsu makan atau berlebihan makan, kurus atau gemuk, kurang tidur.
Jadi secara garis besar, depresi adalah gangguan suasana perasaan yang bersifat afektif. Afektif adalah berbagai macam perasaan atau tindakan serta sikap yang diakibatkan oleh suatu kejadian yang terjadi. Dan sikap atau perasaan yang diakibatkan oleh suatu kejadian dapat berbeda-beda tergantung pada masing-masing individu. Depresi dapat datang dan pergi dengan cepat. Beberapa episode depresi yang dikenal contohnya munculnya rasa sedih, hampa, kehilangan nikmat terhadap semua kegiatan contohnya sulit untuk bangun tidur atau aktifitas sederhana sehingga berat badan berkurang, sulit tidur, kelelahan, perasaan tidak berharaga atau bersalah yag berlebihan. Selain itu sulit berkonsentrasi dan membuat keputusan serta muncul ide atau keinginan untuk bunuh diri. Perasaan tertekan tersebut dapat dipicu oleh hal-hal yang sangat sederhana yang menurut orang normal bukan merupakan hal yang luar biasa, tetapi bagi orang yang sedang mengalami depressi kejadian normal biasa dapat memicu keinginan bunuh diri.
Faktor-faktor penyebab depresi:
- Faktor keturunan (genetik) dikarenakan neurotransmitter yang mempengaruhi otak (contohnya glutamin, serotonim) yang tidak seimbang.
- Pendekatan kognitif yaitu contohnya jika individu memiliki kekhawatiran yang tinggi (selalu berperasaan negatif tentang dirinya) akan menyebabkan resiko depresi.
- Kemampuan seseorang mengatasi masalah (berhubungan dengan kepribadian) contohnya pribadi yang rentan atau biasa disebut introfet yang menggambarkan kharakter seseorang yang kurang bisa mengekpresikan emosinya, pemalu, minder karakter jenis ini mempunyai kemungkinan atau rentan mengalami depresi. Begitu juga dengan pribadi yang penghargaan terhadap dirinya rendah juga mengalami rentan depresi.
- Adanya stressor atau kejadian yang menyebabkan depresi yaitu seperti adanya kejadian yang menekan. Contoh stressor adalah kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, tidak bisa meraih keinginan atau cita-cita dan kejadian-kejadian lainnya yang mengguncangkan jiwa.
Stress yang mencul yang diakibatkan oleh stressor ada ciri-cirinya. Jatung berdebar-debar, nafas sesak, perut mual, dan keluar keringat dingin adalah beberapa contoh effek dari stressor yang diterima tubuh secara fisik. Stelah reaksi fisik tersebut muncul reaksi psikologisnya yang ditandai oleh perasaan mudah marah atau emosi yang meledak-ledak, sensitiv, serta panik. Setelah reaksi psikis dan fisik muncul, akan timbul reaksi social, dimana seseorang yang mengalami depresi tersebut tidak mau berhubungan dengan orang lain. Jika reaksi-reaksi tersebut terus dialami maka akan mengakibatkan penyakit psikosomatis (contoh bentuk penyakit: hipertensi, asma, jatung, diabetes) yang merupakan penyakit fisik yang diakibatkan oleh faktor psikologis yang diakibatkan tekanan yang terus menerus. - Contoh lain stressoren adalah akibat bencana alam yang menekan psikologis seseorang contoh gempa, tsunami, gunung meletus, banjir, dan yang lainnya. Banyak orang yang mengalami depressi diakibatkan oleh stressor ini. Tetapi ada bebrapa kasus orang yang memiliki resistensi atau kekebalan yang tinggi dalam menghadapi depresi contohnya adalah orang-orang di aceh yang tabah atau sabar atas cobaan tsunami yang terjadi walaupun bencana yang melanda sangat dahsyat dan banyak keluarga yang kehilangan sanak saudaranya serta harta benda yang dimiliki. Kesimpulan dari hasil pengamatan bahwa tingkat religious seseorang mempengaruhi resistensi seseorang terhadap depressi.
Faktor-faktor yang memperkuat resistensi seseorang terhadap depresi
- Support dari keluarga dan masyarakat merupakan hal yang luar biasa yg bisa mencegah terjadinya depressi pada seseorang. Selain itu dukungan dari keluarga atau teman merupakan faktor penghalang depressi. (sosial support memberikan kontribusi besar untuk koping atau penghambat depressi)
- Koping faktor pribadi contohnya konsepi positif, bisa mengharagai dirinya, kemampuan mengatasi masalah, kepribadian matang, mudah mengekspresikan dirinya serta mendapatkan support dari keluarga dan sahabat dapat meningkatkan resistensi seseorang terhadap depresi. Selain itu coping emosional, dan coping fisik harus dimiliki seseorang agar dapat mengadapi permasalahan-permasalahan yang muncul dengan sikap yang bijaksana. Setiap orang melakukan koping dengen berbeda-beda contohnya ada yang mencoba dan mengatasi masalah dengan langsung menghadapi masalahnya tetapi ada yang melakukan koping emosional terlebih dahulu dengan cara positif thinking.
Cara mengatasi stress:
Hal-hal sederhana yang dapat dilakukan
- Tidur cukup atau istirahat cukup
- Kenali sumber stress atau stressor
- Kenali diri (kelebihan dan kekurangan diri)
- Olah raga akan meningkatkan endorphine (hormon yang berperan menimbukan perasaan happy atau gembira)
- Makan dan pola hidup yang sehat
- Yang paling penting adalah dekat dengan Allah atau sikap tawakal
- Lakukan hal-hal yang kita sukai ( masak, berkebun)
Dalam islam tidak ada satupun orang yg hidup yang bebas dari ujian (contohnya setiap orang pernah mengalami sakit atau ditimpa permasalahan atau ujian dll). Pemikiran bahwa ujian atau cobaan yang kita hadapi dapat menghapus kesalahan atau dosa-dosa, dapat mengurangi tingkat stress. Contohnya keyakinan bahwa setiap penyakit ada obatnya karena Allah memberikan penyakit beserta obatnya. Kepercayaan tersebut merupakan buffer atau penghalang melawan stress.
Pertanyaan dan Jawaban
Pertanyaan 1: Bagaimana sikap atau tindakan keluarga bila terdapat salah satu keluarga yang mengalami depresi.
Jawaban: Tidak mudah bagi keluarga yang salah satunya mengalami depresi. Family support adalah salah satu solusi untuk mengatasi depresi pada salah satu keluarga yang terserang atau rentan. Memang berat untuk mejadi keluarga yang salah satu anggotanya mengalami depressi karena sulit untuk berkomunikasi dengan si penderita yang sangat sensitive atau mudah tersinggung dan selalu negatif terhadap sesuatu.
Depersi pasca penyakit kronis atau penyakit kronis pasca depresi banyak dialami seseorang. Semisal depressi pasca diabetes, atau hipertensi atau stroke dll. Karakter pasien ini sangat sulit sekali dan kedekatan dengan Allah sangat diperlukan sekali. Keluarga dekat yang memberikan semangat dan nasehat sangat diputuhkan sebagai motivator dan penguat. Kepasarahan dan semangat adalah hal yang perlu dikomunikasikan kepada keluarga yang sedang mengalami depresi. Dan perlu diperhatikan juga bahwa depressi itu dapat menular, sehingga anggota keluarga yang lain juga harus memperkuat diri, memperbanyak berdoa dan berzikir serta mendekatkan diri dengan Allah dan keluarga juga harus memiliki waktu untuk dirinya sendiri untuk mengembalikan semangat dan mengisi kembali ketahanan dirinya terhadap stress yang dialami salah satu dari keluarganya. Semisal mencari hiburan agar tahan menghadapi ujian yang di hadapi keluarga.
Pertanyaan 2: Kepribadian seseorang adalah salah satu faktor yang terpenting dalam munculnya depresi. Semisal pendiam atau periang. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi kepribadian seseorang?(Sarrah, Austria)
Jawaban: Kepribadian ditentukan oleh dua hal: faktor karakter bawaan dan faktor ajar atau lingkungan. Faktor bawaan semisal cara berbicara, ciri-ciri fisik dan ciri karakter yang lainnya yang diturunkan dari orang tua. Faktor yang lainnya adalah faktor pendidikan orang tua dan lingkungan sekitar dan lingkungan keluarga. Jadi bagaimana keluarga, cara mendidik dan lingkungan membentuk karakter atau kepribadian seseorang. Beberapa karakter memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk stress dan pola asuh atau lingkungan yang menekan dapat mempertinggi resiko seseorang untuk terkena depresi. Contohnya seseorang yang introvet atau pendiam dengan keluarga yang kaku, maka faktor-faktor ini menjadi faktor rentan terhadap stress atau depresi.
Pertanyaan 3: Apakah depresi perlu diberikan obat? (Dewi Wuri)
Jawaban: Depresi ringan seperti putus dengan pacar, atau rasa murung, sedih dan terjadi hanya dalam jangka waktu tertentu, tidak memerlukan obat. Depresi berat seperti muncul halusinasi (mendengar suara-suara yang mengejek, mengejar-ngejar), atau waham (meyakini sesuatu sosok yang memiliki kekuatan tertentu) memerlukan obat-obatan yang dapat mengilangkan atau memperingan efek halusinasi atau waham tersebut.
Doktor dan psikolog harus bekerjasama untuk mendiagnosa pasien apakah pasien membutuhkan obat atau hanya konsultasi psikologis saja. Dan tentu saja apoteker juga harus untuk memberikan konsultasi terhadap obat-obatan kepada pasien.
Pertanyaan 4: Dahulu pernah mengalami trauma, trauma tersebut sampai sekarang masih membayang-bayangi sehingga merubah prilaku. Contohnya Malas membersihkan kamar, tidak disiplin, merasa minder dan tergantung pada satu orang atau kurang percaya diri dalam mengerjakan tugas-tugas kuliah atau amanah yang lainnya. Sering sulit berkonsentrasi terhadap sesuatu hal. Bagaimana cara mengatasi dan membangkitkan kembali kepercayaan diri? (Intan, Indonesia)
Jawaban: Trauma itu adalah kejadian yang sangat menekan symtom psikologi atau Posttraumatic Stress Disoder (PTSD). Contoh kasusnya adalah pernah mengalami sexual harassment atau pelecehan seksual, atau pernah terancam nyawanya adalah contoh trauma yang berat. Jika tidak diatasi dengan benar maka akan menimbulkan depressi. Semisal trauma melihat kejadian yang menyedihkan atau mengerikan sehingga memorinya itu akan terus teringat reexperience. Kecemasan yang luar biasa, jika mendapatkan sesuatu yang terus mengingatkan pada kejadian trauma. Avoidance atau menghindari semua yang berhubungan dangan trauma tersebut.
Dalam kasus yang dialami oleh mbak Intan karena belum teratasi, maka yang perlu dilakukan adalah cara mengatasi trauma tersebut. Konsultasi ke pakar atau ahli psikolog. Dan mengatasi ada beberapa cara: katarsis, kognitif terapi, atau medis atau obat-obatan (obat penenang). Yang terpenting adalah mengenali trauma itu sendiri. Bagaimana ia memetakan kembali. cognitive behavioural therapy: adalah salah satu metode melihat kembali trauma dan mengatasi dengan lebih objektif.
Pertanyaan 5: Apakah post power syndrom dapat menyebabkan depresi? (Hariyono, Austria)
Jawaban: Post power syndrom adalah stress atau stressor karena kondisi kehilangan kekuasaan, jabatan, dan uang. Jika tidak tawakal atau mengembalikan semuanya kepada Tuhan maka bagi orang yang gila jabatan dan kekuasaan hal tersebut akan menjadi stress yang sangat mengganggu dan dapat mengakibatkan penyakit yang lainnya contohnya jantung, hipertensi, dan penyakit fisik yang lainnya. Jadi perlu atau diperlukan managemen diri dan kedekatan kepada Sang Pencipta untuk terhindar dari depresi dikarenakan hilangnya kekuasaan dan harta yang sebenarnya hanya amanah atau titipan saja.
Dituliskan kembali oleh: Septi Panca Sakti