Detak Jantung Cepat saat Hamil

Pertanyaan :
Dok, apa penyebab detak jantung semakin cepat setelah makan saat hamil menuju 4 bulan,karena sebelumnya saya belum pernah mengalami. Kemudian imunisasi apa saja yang harus dilakukan ibu hamil jika sebelum menikah belum melaksanakan imunisasi tt. Serta apa saja gejala yang ditimbulkan ketika ibu hamil mengidap TORCH dan apa saja yang harus dilakukan. Mohon pencerahannya dan terima kasih sebelumnya. (Ibu S, Depok)
Jawaban:
Ibu S yang baik, terima kasih atas pertanyaan yang ibu sampaikan. Saya akan menjawab pertanyaan ibu dalam 3 bagian:
1. Peningkatan detak jantung saat hamil, terutama setelah makan
Meningkatnya detak jantung ibu merupakan hal yang kerap terjadi pada saat kehamilan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya volume darah pada ibu hamil untuk keperluan ibu dan janin, sehingga untuk mengkompensasi peningkatan volume darah adalah dengan peningkatan detak jantung untuk mendistribusikan volume darah yang lebih banyak tersebut.
Selain daripada itu peningkatan detak jantung yang lebih spesfik yang terjadi setelah makan kemungkinan berkaitan dengan makanan yang bisa meningkatkan detak jantung seperti Monosodium Glutamat (MSG) atau makanan-makanan yang kaya akan karbohidrat serta lemak.
2. Imunisasi pada kehamilan
Imunisasi pada kehamilan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu sebelum kehamilan, selama kehamilan, dan setelah kehamilan. Beberapa jenis vaksin seperti Hepatitis A, Hepatitis B, Influenza, TT, dan DPT dapat diberikan selama kehamilan jika ibu memiliki resiko untuk terinfeksi penyakit-penyakit tersebut.
Untuk imunisasi TT sangat dianjurkan untuk diberikan kepada ibu hamil satu kali. Jika ibu belum mendapatkan suntik TT sebelum hamil, maka imunisasi tersebut dapat diberikan selama ibu hamil. Saya sarankan untuk ibu segera mengkonsultasikan hal tersebut kepada dokter kandungan ibu.
3. TORCH
TORCH merupakan infeksi yang terdiri dari Toxoplasmosis, Other (Hepatitis B), Rubella, Cytomegalovirus (CMV), dan Herpes Simplex Virus (HSV). Infeksi tersebut dapat melewati barier plasenta sehingga dapat mempengaruhi perkembangan bayi, tergantung pada saat tahap perkembangan janin apa sewaktu infeksi tersebut terjadi.
Gejala yang ditimbulkan dan prevensi yang harus dilakukan bervariasi bergantung pada tipe infeksi:
a. Toxoplasmosis
- Transmisi: Kontak dengan feses kucing, konsumsi daging setengah matang
- Gejala: flu, pembesaran kelenjar getah bening,nyeri otot, bahkan 90% tidak menimbulkan gejala
- Diagnosis: Pemeriksaan Laboratorium untuk antibody toxoplasma pada darah
- Pencegahan: konsumsi daging yang benar-benar matang; cuci tangan selalu dengan air hangat dan sabun setelah kontak dengan daging mentah atau dengan hewan.
b. Hepatitis B
- Transmisi: kontak darah, dan cairan tubuh lainnya
- Gejala: demam, lemas, mual, gejala penyakit kuning
- Diagnosis: Pemeriksaan laboratorium adanya penanda permukaan Hepatitis B di dalam darah (HbsAg)
- Pencegahan: pada ibu dengan resiko Hepatitis B (terekspos dengan penderita Hepatitis B lain atau resiko tinggi), dianjurkan untuk vaksin
c. Rubella
- Transmisi: Sekresi hidung-tenggorok
- Gejala: bintik-bintik merah, demam, nyeri sendi, kebanyakan juga tidak bergejala
- Diagnosis: pemeriksaan laboratorium deteksi virus pada sekresi mulut rahim atau urine
- Pencegahan: vaksin MMR diberikan satu bulan sebelum kehamilan atau setelah kehamilan
d. CMV
- Transmisi: kontak cairan tubuh
- Gejala: kebanyakan tak bergejala, demam, nyeri tenggorokan, nyeri sendi
- Diagnosis: Pemeriksaan laboratorium untuk antibody CMV
- Pencegahan: cuci tangan setelah kontak dengan cairan tubuh
e. HSV
- Transmisi: seksual
- Gejala: vesikel (lepuhan berisi cairan) pada kulit di area genital, dapat disertai demam, lemas, nyeri otot
- Diagnosis: pemeriksaan virus pada specimen dari vesikel
- Pencegahan: jika memiliki riwayat, selalu jaga kebersihan dan cuci tangan untuk menghindari penularan.
Demikian beberapa penjelasan dari saya. Semoga bisa memberikan pencerahan mengenai informasi yang ibu butuhkan. Semoga kehamilan ibu berjalan lancar.
Salam hangat,
dr. Sarrah Ayuandari