Am I a Stupid Mom ?
Bahkan untuk di luar negri, peran orang tua harus disertai kerja sama yang baik dengan orang tua lain, karena masing-masing tak bisa hanya berdiri sendiri. Sehingga orang tua tak hanya melindungi anak kandungnya tapi juga teman dari anaknya untuk menciptakan lingkungan yang aman.
Selain masalah fisik, pikiran, hati & jiwa perlu dihadirkan dalam mendidik melalui kasih sayang dan ketulusan.
Belajar mendidik anak harus disiapkan sedini mungkin, bahkan sejak si anak sendiri belum hadir. Diantaranya dalam doa, ikhtiar memilih pasangan, menikah dan selanjutnya.
Peran Ibu secara umum diantaranya:
1. Mendidik anak dengan memenuhi kebutuhannya secara wajar dan bertanggung jawab (fisik, psikis & sosial)
2. Menjadi tauladan bagi anak (tingkah laku & perkataan ibu akan jadi panduan bagi anak)
3. Memberi motivasi bagi keberlangsungan hidup anak (maka ibu perlu meningkatkan kualitas dirinya)
Motivasi:
- Apapun yang kita kerjakan, harus selalu didampingi doa agar diberikan kemampuan untuk mendidik anak, terutama pada situasi yang sangat berbeda di luar negri.
- Selalu beramal soleh, karena janji Allah akan memberi manfaat dari perbuatan baik kita untuk anak keturunan kita. Kita tidak dapat selalu menjaga anak kita saat ia diluar jangkauan kita, maka ketika itulah Allah yang akan menjaganya.
- Sejarah anak kita belum selesai. Saat ia berubah dibanding waktu yang telah lewat, ingat bahwa perkembangan anak ada fase-fasenya, tapi belum berakhir. Yang harus dioptimalkan adalah cara kita menghadapinya.
- Carikan lingkungan yang baik. Jika tidak ada, ciptakan lingkungan yang baik untuk anak kita.
Pertanyaan dan Jawaban oleh Teh Dyah :
1. Dari Umi F, Jerman: Saat anak-anak telah remaja kita baru sadar bahwa pendidikan yang diberikan ternyata belum maksimal dan kurang Islami. Apa yang mesti dilakukan?
Jawaban:
Ada tiga metode dalam pendidikan anak: mengajarkan sedini mungkin, memberi contoh dan membiasakan.
Jika masalahnya belum maksimal, diskusikan dengan anak tahapan-tahapan yang dirasa kurang secara terbuka & informatif. Misalnya dengan menginformasikan pemikiran kita, sumber informasi sebagai bahan pertimbangan (dari buku, artikel dll).
Proses perbaikan bisa dilakukan secara rekanan, sehingga anak merasa tidak hanya dia yang punya kewajiban tapi juga kita
2. Dari H.Si, Indonesia: Untuk ibu tunggal, apa saja strategi dan tips bagi ibu tunggal yang harus mendidik sekaligus mencari nafkah?
Jawaban:
Keadaan bisa berbeda di negara yang berbeda. Misalnya di Belanda ada jaminan dari pemerintah, sehingga saat anak masih kecil memungkinkan tidak perlu bekerja karena disubsidi dari pemerintah. Di Indonesia keadaan mungkin jauh lebih sulit, sehingga peran keluarga atau sahabat dari ibu yang dipercaya diperlukan untuk membantu dalam pendidikan anak. Bahkan pembantu yang menjaga anak pun bila perlu diberi pendidikan yang cukup agar dapat sejalan dalam menjaga dan menjalankan amanah metode pendidikan anak dari sang ibu.
3. Dari G, Muenchen: Pagi ini saya marah-marah pada anak saya yang berumur 4 thn karena ia asyik nonton TV dan tidak mau pergi sekolah. Suami pun ikut marah menyalahkan saya yang pemarah sehingga anak kami jadi pemarah. Padahal kami akan mempunyai bayi lagi dan seharusnya suami ikut berperan aktif mendidik anak?
Jawaban :
Seringkali ibu menganggap anak harus mengerti apa yang diingini ibu. Padahal anak usia 4thn masih ingin bermain sementara ia belum wajib untuk sekolah. Maka sebaiknya kita memprioritaskan yang lebih wajib untuknya, misalnya bahwa tak seharusnya si anak terus nonton TV dan tidak mau melakukan kewajibannya saat itu yaitu mandi pagi. Hal ini bisa dilakukan melalui ‘perjanjian’ untuk melakukan kewajibannya dan apa yang boleh dia lakukan dengan memenuhi kewajibannya tersebut. Perjanjian ini bisa dilakukan misalnya malam harinya agar esok paginya si anak lebih siap menghadapi rutinitasnya.
Saat keadaan mengharuskan istri mandiri dalam mendidik anak, misalnya karena suami sangat sibuk bekerja dan sekolah. Istri dan suami harus dapat bekerja sama dan saling memahami. Istri tetap harus mengusahakan ‘laporan’ mengenai perkembangan anak kepada suami agar tetap ada komunikasi. Sang istri harus berhati hati untuk menjaga amarah karena perkataan seorang ibu bisa menjadi doa. Saat merasa marah, lebih baik diam beberapa saat dan berusaha senyum agar lebih terkendali dan mereda karena saat tersenyum ada hormon yang mempengaruhi otak kita dan dapat meredakan emosi. Perasaan tidak enak bisa disalurkan juga dengan pelukan dan senyuman.
Suami pun sebaiknya tidak marah kepada istri di depan anak-anak, melainkan didiskusikan. Sehingga tercipta komunikasi yang baik dengan istri dan suami juga bisa lebih memahami proses pendidikan anak meski ia tidak punya banyak waktu di rumah.
4. Dari Ummu F, Kairo: Kadang saya bertemu dengan anak-anak ummahat yang takut bertemu orang asing bahkan yang bertamu di rumahnya. Apa yang harus dilakukan menghadapi hal ini?
Jawaban:
Coba diperhatikan apakah ada hal-hal yang membuat anak menghindari orang asing, misalnya pernah ada kejadian ada anak yang dititipkan ke kakeknya yang selalu menghindarkan anak dari keramaian bahkan menyuruh anak ke kamar saat ada tamu. Maka untuk anak usia 1-2 thn yang belum dapat menyampaikan apa yang dia rasakan, harus diusahakan dikenalkan dengan orang-orang diluar keluarga kecilnya, terutama pada keluarga besar. Bisa jadi si anak menangis atau menolak di awal tapi jika ibu bisa bersabar dan konsisten, pengalaman teman lain, ketakutan anak bisa diubah.
5. Dari N, Jerman: Bagaimana menumbuhkan & menjaga semangat anak utk menghapal Al Qur’an? apakah memberikan hadiah merupakan cara yg tepat? bagaimana jika anak menjadi seperti tdk ikhlas dan selalu mengharapkan hadiah?
Jawaban:
” Sebelumnya saya mohon maaf karena belum bisa memberikan jawaban yang memuaskan, terus terang saya pribadi merasa belum maksimal dan masih harus banyak belajar lagi tentang hal ini, tentunya kepada orang-orang yang telah berhasil mendidik dirinya maupun anaknya menjadi seorang penghafal Al Qur’an. Sebenarnya banyak sekali methode yang bisa kita gunakan untuk menumbuhkan dan menjaga semangat anak dalam menghafal Al Qur’an. Salah satunya di sini saya merekomendasi sebuah buku yang kita sama-sama bisa belajar darinya yaitu “10 bersaudara bintang Al Qur’an”. Dimana dalam buku itu diceritakan sebuah kisah, bagaimana menularkan semangat dan mengajarkan Al Quran kepada anak dan apa saja ikhtiar yang bisa ditempuh untuk menghantarkan mereka menjadi penghafal Al Quran. Semoga Allah selalu memberikan bimbingan kepada kita dan anak-anak kita untuk selalu mencintai Al Qur’an.”
6. Dari I.A : Tentang pembelajaran puasa terhadap anak2 di Jerman, terlebih mengingat tahun ini waktu berpuasanya sangat panjang, kira kira bagaimana baiknya menerapkannya terhadap anak kita? (anak saya berumur 10 dan 8 tahun). Apakah kita mengikuti waktu Indonesia saja (biar mereka bisa bangga hati bisa tamat puasanya sampai waktu berbuka :-D) ataukah mengikuti waktu puasa di Jerman dgn konsekuensi tidak bisa berbuka puasa sampai lebih jam 21 malam?
Jawaban:
”Mengajarkan anak berpuasa seperti juga mengajarkan hal kebaikan lainnya yaitu melalui proses pembelajaran dan pembiasaan (juga mencontohkannya). Semoga kita sudah menjalankan proses tersebut. Yang menjadi masalah adalah ketika waktu berpuasa yang sangat panjang pada musim panas ini. Untuk orang dewasa saja mungkin ada sebagian yang merasa berat, apalagi anak-anak yang masih belajar. Tetapi ini bukanlah hal yang harus dikhawatirkan, ada beberapa prinsip yang harus kita pegang:
1. Teguhkan niatnya
Jauh sebelum bulan Ramadhan tiba, orang tua hendaknya sudah mulai mempersiapkan anak untuk menghadapi bulan suci ini, misalnya dengan pembelajaran tentang hal-hal yang berhubungan dengan puasa (fiqih puasa yg harus diketahui oleh anak) dan juga persiapan menyambut bulan puasa. Hal ini akan membantu menguatkan niat dan memberikan semangat pada anak-anak kita untuk ikut menjalankan puasa.
2. Latihan
Ketika anak belum wajib berpuasa : harus diingat bahwa ini adalah dalam rangka melatih anak berpuasa tetaplah memberikan semangat agar anak bisa berpuasa, dengan semaksimal mungkin, sepanjang waktu yang dia mampu menjalankannya, Alhamdulillah kalau bisa sampai waktu maghrib. Jadi bukan membatasinya misalnya sampai dzuhur saja, atau sampai ashar saja atau disamakan dgn waktu berbuka Indonesia.
3. Tetap disyukuri dan rasa syukur ini diungkapkan juga kepada anak atas usahanya walaupun misalnya belum kuat sampai maghrib dan mendo’akan semoga pada hari berikutnya bisa lebih baik/lama lagi latihannya. Ketika anak berbuka pada saat sebelum maghrib, diusahakan makan/minum sekedarnya saja dan tidak di depan anak yang lain dalam rangka menanamkan rasa empati kepada orang yang sedang berpuasa. Jangan lupa, terutama ketika sahur harus cukup makan dan minumnya.“
******************************************
Canti Besari – Tantangan Menjadi Ibu Masa Kini:
Jika Allah memberi amanah anak, artinya kita sudah diberi modal untuk menjadi ibu. Sehingga harus percaya diri bahwa kita mampu untuk mengurus anak.
Berlatih menjadi ibu bisa dilakukan sebelum menikah. Misalnya dengan membantu ibu mengurus rumah, mengurus adik-adik atau anak-anak kecil.
Pekerjaan seorang ibu adalah pekerjaan besar, namun berlangsung lama dan berulang-ulang sehingga tidak terlihat langsung hasilnya dalam waktu dekat, terutama secara materi.
Jika memiliki tujuan yang jelas saat berdomisili di luar negeri, ibu tidak perlu khawatir dengan anggapan-anggapan remeh atas peran penuh waktu di rumah. Pengurusan anak sebaiknya ditangani sendiri dibandingkan kalau harus diserahkan pada orang lain, karena ibu-lah yang bertanggung jawab atas apa yang dimakan dan diserap anak dari lingkungannya.
Tantangan fungsi ibu di masa lalu dan masa kini:
Masa lalu:
Peran ibu di luar masih minim sehingga memiliki banyak waktu untuk anak.
Masa kini:
Ibu memiliki lebih banyak kesempatan untuk beraktivitas di luar, mis. Sekolah lebih tinggi & bekerja. Jika perlu bekerja di luar rumah, maka perlu dibicarakan dengan suami dalam hal pengurusan anak, misalnya bagaimana akan berbagi tugas atau apakah akan melibatkan kakek nenek atau orang lain.
Ibu perlu mengupgrade diri dengan pedidikan tinggi atau cara lain, untuk belajar & menambah wawasan agar dapat mengimbangi perkembangan anak. Maka perlu juga membekali anak-anak perempuan dengan pendidikan sekolah tinggi, agar ia dapat mendidik anak-anaknya dengan baik.
Pengaruh internet, game atau TV. Ibu harus memperhatikan bagaimana pengaruh teknologi ini terhadap anak-anaknya. Ibu tidak mungkin bisa selalu mendampingi dan melindungi tapi bisa memberi imun dengan mengajarkan mana yang baik dan yang tidak.
Pengaruh perkembangan lingkungan, misalnya dengan banyaknya atau dilegalkannya pasangan sejenis, juga harus diperhatikan dampaknya atas anak-anak kita.
Pertanyaan & Jawaban dari Mba Canti:
1. Dari K: Bagaimana pendidikan Islam anak di luar negri di negara minoritas muslim?
Jawaban:
Proses dimulai sedini mungkin dari rumah. Misalnya mengajarkan Quran dengan metode IQRA disesuaikan dengan kemampuan masing-masing anak; Mengajarkan solat dimulai dengan ajakan untuk ikut bersama-sama secara rutin secara bertahap; Untuk puasa dicoba bertahap, jam demi jam menjelang buka puasa agar ikut waktu berbuka dengan kita. Anak-anak diberi pengertian bahwa yang dilakukan sekarang adalah latihan agar kelak sudah baligh, ketika sudah wajib tidak merasa berat.
Ketika bersama teman, anak-anak diajarkan untuk tetap beribadah dan memberi informasi kepada teman-temannya agar mengerti. Kita pun perlu memberi solusi yang mudah saat anak menghadapi masalah ketika menjalankan ibadah di luar rumah. Misalnya untuk menjalankan solat dan memakai jilbab. Semuanya berproses dan perlu latihan sehingga anak dapat menjalankan atas kemauan sendiri sehingga bahkan guru pun tidak punya hak untuk melarang, misalnya ketika menjalankan puasa di waktu sekolah.
2. Dari Ummu F, Kairo: Kadang saya bertemu dengan anak-anak ummahat yang takut bertemu orang asing bahkan yang bertamu di rumahnya. Apa yang harus dilakukan menghadapi hal ini?
Jawaban:
Coba bicara dengan anak mengenai presepsi anak terhadap orang asing yang ia temui, misalnya dari ciri-ciri fisik dan perbedaan yang anak kenali dan pemikiran si anak mengenai hal itu. Juga tanyakan apa yang membuat si anak takut, apakah penampilannya atau perilaku orang asing itu. Dari sini kita dapat terangkan hal-hal yang dapat mengurangi rasa takutnya atau merubah pemikiran si anak yang kurang tepat.
3. Dari A, Hannover: Pendidikan anak di jaman sekarang sangat berbeda jauh dengan jaman kita dulu waktu kecil,dengan perkembangan fashion yang semakin ‘maju’,terkadang melupakan fungsi pakaian itu sendiri,misal jilbab yang telah banyak dimodifikasi,kemudian perkembangan teknologi misal gadget,dan pengaruh media,nah bagaimana mengantisipasinya jikalau anak kita dah beranjak remaja nanti kita dapat menjaga anak kita tetap berkepribadian islami dalam arti yang murni,dalam segala hal baik mindsetnya,cara berpakaian,dll secara idealnya
Jawaban:
Menurut saya, anak-anak perlu latihan dan lingkungan yg mendukung. Karena itu, cobalah utk mengkondisikan rumah dengan kondisi yg kita inginkan agar anak terbiasa. Untuk di luar rumah, coba kita carikan teman-teman untuk mereka yg tidak sangat jauh berbeda dg sikon dalam rumah kita, misalnya Quraanschule dimana anak-anaknya juga ada yg berkerudung. Kita juga harus dekat dengan anak-anak agar mereka lebih percaya kepada kita daripada orang di luar rumah. Jika mereka lebih percaya pada kita, ketika kita ajarkan bahwa mereka sebaiknya begini dan begitu, maka mereka akan mudah menerima dan mempertahankannya bila ada tantangan di luar rumah. Namun kita juga jangan terlalu keras, yang penting adalah tegas. Hal-hal yg masih bisa ditolerir dalam syariat kita, maka hal-hal tersebut kita longgarkan. Adapun hal-hal yg prinsip, maka sudah harus kita tekankan jauh-jauh hari. Untuk ini, kita juga perlu tahu atauran-aturan dalam syariat kita agar ketika si anak memerlukan solusi, maka kita sudah punya jawabannya.
4. Dari A, Dresden: Anak saya (3,5 tahun) saat ini sudah masuk kindergarten, karena pengaruh kindergarten ini anak saya suka memakai bahasa jerman di rumah. Sy sendiri dan suami biasanya mengajak anak bahasa indonesia. Tetapi kadang anak saya mencampur-campur terkadang dia berbahasa indo dan kadang bahasa jerman di rumah. Bagaimana kiat agar anak bisa fasih bahasa ibu dan terbiasa untuk konsisten menggunakannya di rumah?
Jawaban:
Anak-anak memang lebih cepat menguasai bahasa. Mungkin perlu dilihat dahulu, nanti ke depannya, kira-kira berapa lama si anak mau tinggal di Jerman. Kalau hanya sampai TK kemudian mau ke Indonesia, berarti bicara dengan si anak pakai bahasa Indonesia saja. Namun jika sampai Schule atau belum tahu kapan mau pulang ke Indonesia, maka si anak perlu juga bisa berbahasa Jerman. Kalau ingin agar anak menguasai 2 bahasa, jalan yg terbaik menurut saya adalah kita tetap berbahasa Indonesia pada si anak, jadi di rumah tetap bahasa Indonesia saja. Sedangkan si anak akan belajar bahasa Jerman di luar rumah. Ada kisah bahwa dalam satu keluarga, ayah dan ibu berbeda bahasa (bukan Jerman) dan mereka sekeluarga tinggal di Jerman. Jadi si anak belajar 3 bahasa. Jika si anak bicara dg ayahnya, ia bicara bahasa ayahnya. Jika dg ibunya, ia bicara bahasa ibunya. Dan ktk di luar rumah ia berbahasa Jerman dg teman-temannya. Ayah dan ibunya konsisten dg cara ini dan akhirnya 3 bahasa ini dikuasai si anak dg baik.
5. Dari N, Jerman: Bagaimana menumbuhkan & menjaga semangat anak utk menghapal Al Qur’an? apakah memberikan hadiah merupakan cara yg tepat? bagaimana jika anak menjadi seperti tdk ikhlas dan selalu mengharapkan hadiah?
Jawaban:
Tiap anak berbeda-beda kemampuannya dalam menghafal al Quran. Untuk mereka yang suka menghafal al Quran, biasanya akan lebih semangat kalau ada temannya yang juga menghafal. Jadi mungkin perlu dicarikan teman-teman agar bertambah semangatnya. Boleh saja jika kita iming-imingi dengan hadiah. Namun juga tetap kita ajarkan terus agar si anak beramal dengan ikhlas. Nanti lama kelamaan ketika dia sdh bertambah besar dan mengerti, tidak perlu lagi kita iming-imingi hadiah. Hadiah bisa diberikan saat waktu-waktu lainnya.
[Disarikan oleh Tim Seminar Online Kharisma]