Belum Juga Mendapatkan Keturunan

Pertanyaan :
Saya seorang wanita berusia 21th dan sudah menikah hampir 2 tahun, tapi kenapa sampai sekarang belum punya keturunan padahal tidak ikut program KB? Siklus menstruasi berkisar 28-35 hari dengan jarak waktu menstruasi 8 hari bersih, sudah program dg vit-E & volafit belum ada hasilnya. Melalui pengukuran BBT, tapi kenaikan suhu tubuh terjadi saat akan datang menstruasi. Mohon penjelasannya dok kenapa saya susah mendapatkan keturunan. Siklus menstruasi saya antara 28 hari dan siklus terpanjang 38 hari. Apakah ada masalah dengan siklus menstruasi saya dok?
Terima kasih ibu dokter. (L, Banjarnegara)
Jawaban:
Dear Ibu L,
Terima kasih atas pertanyaan yang diberikan melalui Kharisma.
Beberapa studi menunjukkan secara lebih detail bahwa waktu dari awal menikah hingga terjadinya kehamilan pada populasi masyarakat adalah: 57% pada bulan ke 3; 72% pada bulan ke 6; 85% pada tahun pertama; dan 93% pada tahun kedua pernikahan. Sperma normal mampu bertahan pada saluran reproduksi wanita dan memiliki kapabilitas untuk membuahi ovum selama 3-5 hari, namun ovum hanya memiliki kapabilitas fertilisasi selama 12-24 jam setelah ovulasi. Hal tersebut sangat penting untuk mengetahui kapan waktu terjadinya ovulasi. Ovulasi terjadi pada 14hari sebelum menstruasi terjadi.
Hal yang ibu L lakukan sudah benar yaitu mengukur Basal Body Temperature (BBT) atau Suhu Basal Tubuh. BBT merupakan suhu tubuh pada kondisi basal atau dasar pada saat istirahat/tidur. Pengukuran BBT merupakan metode yang paling mudah untuk menentukan waktu terjadinya ovulasi, namun hasil dari pengukuran tersebut sangat banyak terpengaruhi oleh beberapa faktor. Pengukuran BBT sebaiknya dilakukan pada waktu yang sama setiap pagi, dan dilakukan sebelum ibu bangun dari tempat tidur. Bila hal tersebut bisa dilakukan maka akan terlihat peningkatan suhu yang relatif tidak terlalu banyak pada saat menstruasi terjadi, yaitu sekitar 0,2-0,5oC pada saat ovulasi, dan akan turun pada sesaat menjelang atau setelah menstruasi.
Saya ingin mengetahui sudah berapa lama ibu L mengukur BBT ibu? Sebaiknya pengukuran BBT yang rutin dilakukan selama minimal 3 bulan, sehingga ibu dapat mengetahui lebih jelas pola dari kenaikan BBT ibu. Namun di samping itu, tidak jarang pengukuran BBT sulit diprediksikan karena beberapa faktor seperti aktifitas fisik, lamanya waktu istirahat, dan konsumsi obat dapat mempengaruhi perubahan BBT. Selain pengukuran BBT, terjadinya ovulasi juga dapat ditentukan dengan observasi lender dari serviks/mulut rahim. Lendir tersebut akan bersifat jernih dan pada saat ovulasi berlangsung. Sebaiknya untuk pemeriksaan lendir ini juga dilakukan pada pagi hari, pada saat ibu ke kamar mandi untuk pertama kalinya pada pagi hari.
Jika hal tersebut sudah diobservasi, dan pasangan sudah melakukan hubungan suami istri sesuai dengan hari ovulasi tanpa proteksi, maka pemeriksaan untuk penyebab belum terjadinya kehamilan sebaiknya dilakukan pada pasangan yang sudah 1 tahun menikah. Pemeriksaan tersebut tidak hanya dilakukan untuk istri saja namun juga dilakukan untuk suami.
Terdapat beberapa penyebab sulitnya pasangan suami yang sulit mendapatkan keturunan. Penyebab tersebut dapat dibagi dua yaitu penyebab dari wanita (istri) dan pria (suami). Penyebab dari sisi wanita di antaranya adalah kelainan fungsi indung telur (ovarium), kelainan pada saluran reproduksi terutama pada tuba falopi (oviduk), kelainan pada rahim, serta kelainan-kelainan lainnya. Sedangkan dari sisi pria, kelainan tersebut dapat berupa kelainan kuantitas maupun kualitas dari sperma yang dihasilkan.
Untuk mengetahui penyebab dari sulitnya memiliki keturunan pada pasangan, jika memeriksakan diri ke dokter, suami istri pertama-tama akan dianamnesis (ditanyai) lengkap, di antaranya riwayat penyakit yang pernah dialami, dan juga penting kepada istri untuk ditanyai riwayat menstruasi. Dari penjelasan Ibu L, siklus menstruasi ibu masih dalam batas interval normal.
Setelah penggalian informasi, pasangan suami istri tentunya akan melalui pemeriksaan fisik oleh dokter, yang kemudian akan dilakukan pemeriksaan penunjang. Istri akan melalui pemeriksaan hormon, dan pemeriksaan kepatenan saluran reproduksi, seperti Ultrasonografi (USG) dan histerosalphyngografi, sesuai dengan kondisi ibu yang disarankan oleh dokter pada saat pemeriksaan fisik. Sedangkan untuk pihak suami, biasanya akan dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui beberapa kadar hormon, juga pemeriksaan analisis sperma.
Saya anjurkan ibu untuk terus menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi makanan sehat serta memperhatikan lagi kemungkinan tanggal ovulasi ibu. Semoga penjelasan saya di atasbisa memberikan informasi yang ibu butuhkan. Kharisma mendoakan agar ibu L dan suami segera mendapatkan momongan yang didambakan. Amin.
Salam hangat,
dr. Sarrah Ayuandari
Konsultan Kesehatan Kharisma