Browse By

Yuk Buat Anak Patuh Tanpa Kekerasan!

Pertanyaan Seminar Online:

Pertanyaan 1: Mbak leli di Geong Sang, Korea – Bagaimana jika anak kita selalu salah tingkah jika bertemu dangan orang asing (ket: anak perempuan umur 4 th)?

Jawaban: Perlu disadari oleh orang tua bahwa anak mempunyai karakternya sendiri-sendiri. Secara umum ada dua macam sifat kharakter anak dari segi ekspresi anak, yaitu: ekstrovert (periang) dan introvert (pendiam atau pemalu)


Dalam kasus ini mungkin karakter anak termasuk yang pendiam atau introvert: yang berhati-hati dengan orang asing, pertama-tama mengamati, dan cenderung pendiam, salah tingkah dengan orang yang baru dikenalnya, dan hal tersebut untuk karakter seorang anak yang introvert wajar-wajar saja. Yang seharusnya diperhatikan orangtua adalah seorang anak yang introvert semisal tidak boleh dipaksakan untuk tampil di panggung. Karena bukan karakternya dan jangan dipaksakan, mungkin awalnya harus ditemani atau bersama dengan teman-teman yang lain dan jika sudah tidak takut dan malu lagi maka dapat dibiarkan untuk tampil senidiri di panggung tetapi jika tidak mau maka tidak boleh dipaksankan. Karena ia mungkin memiliki kelebihan dibidangnya sendiri.

Tambahan penjelasan dari Bapak Ihsan
Bagaimana caranya mengkondisikan anak dengan lingkungan, semisal dengan nenek atau kakek semisal orangtua bilang tidak tetapi nenek atau kakeknya bilang iya?

Perbedaan pendapat sering terjadi bahkan antara suami dan istri. Semisal ibu bilang “tidak” dan ayah berkata “iya”, jadi tidak ada konsistensi dan membuat anak bingung dan tidak mempercayai ortunya lagi.

Seharusnya ayah dan ibunya harus saling berkomunikasi. Buat anak lebih percaya pada ortu bukan dengan orang lain bahkan kakek dan neneknya. Jika seorang anak lebih percaya pada orang lain semisal bibi, kakek atau neneknya daripada orangtuanya maka berarti seorang anak lebih mempercayai orang lain.

Konsisten berarti, Jangan pernah berbohong sekalipun dan jangan berdusta pada anak serta jangan ingkar janji pada anak. Termasuk berbohong pada anak contohnya adalah ketika ada tukang dagang lewat: ini nggak dijual ya mang, pahit ya mang dll, atau ketika anak jatuh dan menyalahkan benda-benda yang lain. Atau ketika anak disuruh tidur; dengan menakut-nakuti, ada kolong wewe dll. Hal tersebut sangat tidak dibenarkan karena orangtua sudah memulai berbohong pada anak.

Pertanyaan 2: Mbak Imah – Bagaimana membuat anak untuk patuh melaksanakan sholat? Bagaimana dengan orangtua yang memukul anaknya agar patuh? Bagaimana hukuman dengan orangtua yang melakukan hal tersebut?

Jawaban: Untuk masalah sholat akan dibahas lain waktu karena membutuhkan waktu yang lebih spesifik untuk menjelaskan. Insyaallah jika kedua orangtuanya melakukan hal-hal yang disampaikan maka Insyaallah tidak akan sulit, memang membutuhkan konsisten dari orangtua untuk melakukannya.

Agar anak patuh itu dengan ketegasan, ketegasan bukan kekerasan, bukan berapa tinggi volume anda. Tetapi bagimana anak menyadari kesalahannya, pukulan bukan melindungi tapi menyakiti. Dan banyak gambaran negatif yang didaptakan anak dan anak tidak akan percaya pada orangtuanya lagi. Orangtua yang seharusnya melindungi ternyata menyakiti. Pukulan tidak membuat anak patuh atau menurut, jika mereka semakin besar maka akan memberontak.

Hukuman diperbolehkan sebagai bagian konsekuensi tetapi haram hukumnya bagi orangtua yang memukul anak karena Rasulullah membenarkan memukul anak tetapi dengan syarat yag sangat ketat contoh usia sudah 10 th, dan dalam hal sholat bukan dalam hal-hal kecil semisal menjatuhkan topi dan lain-lain. Seorang Anak diberi kesempatan selama 3 tahun untuk belajar melaksanakan sholat (mulai usia 7 tahun hingga 10 th) , jika semisal sudah 5400 kali sudah diperingatkan dan tidak menurut maka boleh dipukul tetapi bukan pukulan yang menyakiti anak. Dan lebih disarankan tidak melakukannya.

Pertanyaan 3: Mbak yani di Riyadh – Membuat anak rajin sholat 5 waktu tanpa menyuruh-nyuruh.

Jawaban: Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.


Pertanyaan 4: Mbak Opie di Aceh – Bagaimana jika seorang anak yang sering dibandingkan dengan  sepupunya. Dan sebenarnya berapa besar efek negatif untuk diri anak sendiri?

Jawaban: Membandingkan seorang anak dengan orang lain dampaknya sangat membahayakan anak, karena anak akan kehilangan identitas diri. Anak tidak mengenal dirinya sendiri. Semisal banyak orang yang ketika kuliah binggung untuk memilih jurusan hal tersebut disebabkan karena kita tidak mengenal potensi yang ada pada diri kita. Karena seringnya didefinisikan dan dibanding-bandingkan sehingga tidak mengenal diri kita pada akhirnya. Contohnya ketika seorang diharuskan mencari kelebihannya dan potensinya maka akan sangat sulit untuk disebutkan. Maka jangan pernah membanding-bandingkan seorang anak dengan orang lain. Biarkan anak menjadi dirinya sendiri dan menemukan potensi dirinya senidiri.

Untuk pertanyaan-pertanyaan yang belum sempat terjawab dapat berinteraksi langsung dengan Bapak Ihsan melalui Facebook dengan id: Yuk! Jadi Orangtua Salih.


Dituliskan kembali oleh: Septi Panca Sakti

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *