Little Things About “Kiel”
Kiel merupakan salah satu kota dimana saya dapat menemukan “rumah kedua” untuk saya. Kota yang terletak di bagian paling utaranya Jerman, yang merupakan Haupstadt dari Bundesland Schleswig-Holstein. Dan Kiel dikenal dengan pantainya yang indah, dan tentu itu menjadi ciri khas tersendiri untuk Kiel, maka tidak heran jikalau cenderamata dari Kiel selalu identik dengan pantainya.
Selama satu tahun lebih saya tinggal di Kiel, kota di mana Studienkolleg saya berada. Studienkolleg merupakan sekolah penyetaraan untuk kita sebagai Ausländer yang wajib diikuti selama 1 tahun sebelum kita melanjutkan ke dunia perkuliahan. Fachhochschule Kiel yang membuat saya tersadar kalau cara belajar saya di Indonesia tidaklah lagi bisa disamakan dengan cara belajar saya di Jerman. Bagaimana tidak? Dikelas kita dituntut untuk mengerti apa yang dijelaskan oleh Dosen, dan kita harus ekstra belajar lagi di rumah dengan buku yang berbahasa asing untuk kita. Tapi ya itulah yang dinamakan proses, lambat laun akhirnya saya mulai terbiasa untuk menjalankan rutinitas ini, bahkan bisa dibilang saya menikmati proses ini.
Selain support dari keluarga di Indonesia, tentu saya juga mendapatkan support yang luar biasa dari lingkungan di sekitar saya di Kiel. Kiel yang memiliki perhimpunan orang-orang Indonesia mulai dari anak STK (Studienkolleg), mahasiswa S1, sampe mahasiswa S3, ataupun yang bekerja dan sudah berkeluarga pun semuanya ada. Tapi perbedaan usia diantara kita semua tidak menjadi penghalang untuk kekompakan dan kedekatan kita, justru dengan perbedaan itu membuat kita mendapatkan pelajaran dan pengalaman baru yang sangat berguna untuk kedepannya. Seringkali kita mengadakan event mulai dari merayakan ulang tahun bersama, membuat games seperti (running man) yang diadakan oleh PPI Kiel, ataupun hanya sekedar ngumpul bersama untuk makan-makan dan sharing cerita masing-masing.
Di Kiel pun kami memiliki pengajian sendiri yang diadakan sebulan dua kali yang dilaksanakan disalah satu rumah orang Indonesia yang sudah berkeluarga, dan pengajian itu juga dipimpin si empunya rumah. Setelah pengajian, biasanya kami selalu bercerita keluh kesah kita di STK (Studienkolleg), dan tentunya ‘beliau’ ini selalu memberikan support dan nasihat ke kita, maka tidaklah heran ‘beliau’ kami anggap seperti layaknya orang tua kami di Jerman. Kadang sering juga kami belajar bareng untuk persiapan ujian. Tentunya hal inilah yang membuat saya nyaman untuk tinggal di Kiel, dengan kota yang terbilang tidak cukup besar ataupun kecil, tapi semuanya lengkap ada di dalamnya. Mulai dari toko Halal yang terletak di tengah kota, penduduk Jerman yang sangat ramah, masjid Arab ataupun Turki yang besar dan nyaman, harga Wohnung yang terjangkau dengan fasilitas yang nyaman, dan dengan biaya hidup yang bisa terbilang standardnya biaya hidup di Jerman. Dan yang pastinya saya yakin kalian tidak akanlah menyesal saat kalian mendapatkan STK (Studienkolleg) di Kiel, apalagi saat kalian sudah mengenal orang-orang didalamnya. Semoga pengalaman singkat saya ini dapat membantu kalian untuk mengenal kota Kiel lebih dekat. Oleh: Ratih Permata S