Liputan acara Inspirational Sharing Session with Peggy Melati Sukma : From Celebrity To Serenity”
Oleh : Sari Agustia
Belajar untuk hidup lebih baik bisa diperoleh dari mendengarkan pengalaman hidup seseorang, mengambil nilai positif dan membuang hal buruk yang dialami orang tersebut. Acara “Inspirational Sharing Session with Peggy Melati Sukma : From Celebrity To Serenity” yang berlangsung 3 – 14 Mei 2015 lalu merangkum perjalan hidup spiritual seorang Peggy Melati Sukma, seorang artis kenamaan Indonesia yang sekarang berprofesi menjadi inspirator hijrah dan aktif di bidang kemanusian.
Acara ini merupakan hasil kerja sama Kharisma Woman & Education dengan ACT (Aksi Cepat Tanggap), Urban Syiar Project dan beberapa organisasi masyarakat Indonesia di beberapa kawasan, yaitu
Zuerich dan sekitarnya: Verein Percikan Iman
Berlin: Indonesisches Weisheits- und Kulturzentrum (IWKZ) e.V.
Warga Pengajian Austria
Keluarga Muslim Indonesia Bremen (KMIB)
Indonesisches Islamisches Centrum Hamburg
FrankfurtamMain:Indonesisch-MoslemischeGemeindee.V.
Kharisma Woman & Education memiliki program tahunan Seminar Darat yang mengundang pembicara dari Indonesia untuk berbagi pengetahuan dan pengalamannya kepada komunitas masyarakat Indonesia di tiga negara Swiss, Jerman dan Austria; sesuai dengan domisili pengurus Kharisma. Kemudian Urban Syiar Project dan Aksi Cepat Tanggap memiliki program Majelis Inspirasi yang diselenggarakan di berbagai kota di Indonesia dan luar negeri.
Dipertemukan dalam suatu visi dan misi yang sama dan pihak ACT pun sedang mencari peluang penyelenggaraan acara Majelis Inspirasi di Jerman dan sekitarnya maka berpartnerlah keduanya dengan pihak Kharisma Woman & Education.
Dipilihnya sosok Peggy Melati Sukma selain dari title keartisan beliau, lebih dari itu, diharapkan dengan bercermin kepada pengalaman hidup beliau, muslimin/muslimah yang tinggal di Swiss, Jerman dan Austria mendapat inspirasi, penguatan, motivasi untuk terus berusaha menjadi lebih baik dan tetap berpegang teguh kepada nilai-nilai prinsip Islam dalam kehidupannya. Disadari bahwa menjadi minoritas dalam hal budaya, agama dan sisi sosial lainnya seperti yang dialami masyarakat Indonesia Eropa kadang memaksa kita untuk berbaur atau bahkan meninggalkan prinsip-prinsip penting yang kita yakini.
Rangkaian acara ini berlangsung sejak 3 Mei 2015 di Arbon, Swiss dan akan berakhir di Wina, Austria tanggal 14 Mei 2015. Narasumber berkeliling ke 7 kota, yaitu Arbon, Hamburg, Bremen, Berlin, Frankfurt, Innsbruck dan Wina.
Di setiap kota penyelenggara, acara berlangsung di tempat dan waktu yang beragam. Sebagian besar memanfaatkan ruangan masjid indonesia setempat, dan lainnya memanfaatkan gedung pertemuan biasa. Acara sebagian besar diadakan sore hari sekitar pukul 17 CEST (Waktu Eropa pada musim panas) karena menyesuaikan dengan waktu kerja/kuliah.
Patut diacungi jempol bahwa biaya penyelenggaraan acara dan akomodasi pembicara diusahakan sendiri oleh setiap kota. Tidak mudah tentunya, namun sangat disukuri masyarakat Indonesia di kota-kota tersebut cukup antusias dan berusaha dengan sebaik-baiknya untuk keberhasilan acara. Mereka saling bahu membahu; menyumbang konsumsi untuk acara, menyediakan tempat tinggal pembicara, menjadi chaperone (pendamping) yang mengantar, menjemput, dan menjadi pemandu saat jalan-jalan selama pembicara di kota tersebut dan masih banyak lagi. Bantuan dari pihak KBRI Berlin dan konsulat di Frankfurt dan Hamburg pun diperoleh melalui proposal resmi yang dilayangkan oleh pihak Kharisma Woman & Education.
Susunan acara di setiap kota pada umumnya sama, yaitu terdiri dari pembukaan (sambutan), acara inti dan penutupan. Acara inti dipandu langsung oleh pembicara, Mba Peggy, yaitu berupa sharing session dan tanya jawab. Setiap kota juga menyiapkan makan siang/malam, tergantung durasi dan waktu penyelenggaraan.
Salah satu suasana Sharing Session
Secara umum, acara berjalan lancar dan mendapat apresiasi baik dari masyarakat Indonesia yang hadir. Antusiasme peserta untuk hadir juga cukup besar, jumlah hadirin kurang lebih berjumlah 100 orang di setiap kota. Acara ini dibuka tidak hanya untuk ibu-ibu/pemudi tetapi juga bapak-bapak/pemuda. Peserta juga banyak hadir dari luar kota penyelenggara. Sebagai contoh acara di kota Arbon, peserta datang tidak hanya dari kota St Gallen yang terdekat, namun juga dari Bern, Baden, Zuerich, Luzern, dan Zug yang relatif jauh. Di Berlin dan Frankfurt kedatangan tamu kehormatan. Di Berlin, duta besar RI untuk Jerman, Bapak Fauzi Bowo beserta istri hadir. Demikian di Frankfurt dihadiri perwakilan Konsulat Jenderal RI Frankfurt. Beberapa yang hadir pun tidak hanya dari kota penyelenggara namun ada beberapa organisasi masyarakat dan pengajian kota sekitar, seperti MMI (Masyarakat Muslim Indonesia) dan pengajian kota Kassel, Göttingen, Stuttgart, dan Karlsruhe.
Opini dari peserta, sebagian besar merasa cukup puas dan mendapat suntikan semangat baru setelah mendengarkan paparan dari pembicara. Apresiasi yang besar juga diterima penyelenggara dari komunitas masyarakat Indonesia yang diajak bekerja sama. Sebagian besar mengharapkan acara seperti ini dapat terus terlaksana di tahun-tahun mendatang.
Ada beberapa hal menarik yang terjadi saat acara diselenggarakan. Contohnya yaitu setelah mendengar sharing session dari Mba Peggy, salah satu hadirin menyatakan semakin mantap untuk menggunakan hijab. Contoh lainnya, di beberapa kota saat diselenggarakan charity session, beberapa hadirin berlomba-lomba ingin menyumbangkan dana, tak terkecuali para mahasiswi. Hal menarik lainnya juga terjadi di Frankfurt, kebetulan hari penyelenggaraan tepat di hari ibu international. Anak-anak TPA Frankfurt pun memberikan bunga kepada ibu mereka masing-masing dan tak lupa juga kepada Mba Peggy. Adanya spontanitas macam ini membuat acara menjadi sangat haru.
Dokumentasi kegembiraan para hadirin dan panitia acara di salah satu kota