Agar Bisa Bahagia di Surga Bersama Seluruh Anggota Keluarga
Orang dulu mengatakan cintaku sehidup semati. Seakan setelah mati semua urusan selesai. Padahal mestinya masih ada reuni yang lebih indah lagi. Maka pasangan jaman now harus memiliki prinsip selalu mencintai dan tetap bahagia bersama hingga ke surga Allah Ta’ala. Inilah cinta yang hakiki. Allah menggambarkan keindahan surga yang bisa direguk bersama oleh semua anggota keluarga, suami, istri, orang tua, anak-anak, cucu-cucu. Jalur ke atas dan jalur ke bawah, semua bisa berkumpul dalam kondisi yang bahagia di surga.
Firman Allah Ta’ala:
والذين آمنوا واتبعتهم ذريتهم بإيمان ألحقنا بهم ذريتهم وما ألتناهم من عملهم من شيء
“Orang-oranng yang beriman, dan anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. At-Thur: 21). Allah Ta’ala telah berfirman:
ربنا وأدخلهم جنات عدن التي وعدتهم ومَن صلح مِن آبائهم وأزواجهم وذرياتهم إنك أنت العزيز الحكيم
“Ya Rabb kami masukanlah mereka ke dalam surga ‘Adn yang telah
Engkau janjikan kepada mereka dan orang shalih diantara nenek moyang mereka, istri-istri dan anak keturunan mereka. Sungguh Engkau Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ghafir: 8).
Ibnu Katsir rahimahullah dalam Kitab Tafsirnya menjelaskan:
“Allah Ta’ala akan mengumpulkan mereka berserta anak keturunannya agar menyejukkan pandangan mereka karena berkumpul pada satu kedudukan yang berdekatan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala: Dan orang-orang beriman, berserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan. Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga) dan kami tidak mengurangi sedikitpun pahala amal (kebajikan) mereka.”
Artinya, akan Kami samakan mereka pada satu kedudukan agar mereka (orang yang berkedudukan lebih tinggi) merasa tenang. Bukan dengan mengurangi kedudukan mereka yang lebih tinggi, sehingga bisa setara dengan mereka yang rendah kedudukannya, namun dengan kami angkat derajat orang yang amalnya kurang, sehingga kami samakan dia dengan derajat orang yang banyak amalnya, sebagai bentuk karunia dan kenikmatan yang kami berikan. Said bin Jubair mengatakan, “Tatkala seorang mukmin memasuki surga maka ia akan menanyakan tentang bapaknya, anak-anaknya dan saudara-saudaranya dimanakah mereka? Maka dikatakan kepadanya bahwa mereka semua tidak sampai pada derajatmu di surga. Maka orang mukmin tersebut menjawab ‘Sesungguhnya pahala amal kebaikanku ini untukku dan untuk mereka.’ Maka mereka (keluarganya) dipertemukan pada satu kedudukan dengannya.”
(Lihat : Tafsir Ibn Katsir, 4/73).
Agar Bisa Berkumpul di Surga Bersama Keluarga Bisa bahagia bersama seluruh anggota keluarga di surga bukanlah hal yang gratis. Hal ini harus diupayakan dengan segenap kesungguhan. Jika usaha dilakukan dengan bersungguh-sungguh, insyaallah semua akan bisa mendapatkan surga, bahkan dengan derajat paling tinggi yang bisa dicapai oleh salah satu anggota keluarga itu. Jika kita resapi ayat-ayat Allah dalam surat Ar Ra’du ayat 20 – 24 akan kita jumpai beberapa perintah, sebelum akhirnya Allah berikan kenikmatan berupa surga beserta seluruh anggota keluarga.
Allah Ta’ala telah berfirman: “Bagi orang-orang yang memenuhi seruan Tuhannya, (disediakan) pembalasan yang baik. Dan orang-orang yang tidak memenuhi seruan Tuhan, sekiranya mereka mempunyai semua (kekayaan) yang ada di bumi dan (ditambah) sebanyak isi bumi itu lagi besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan kekayaan itu. Orang-orang itu disediakan baginya hisab yang buruk dan tempat kediaman mereka ialah Jahanam dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman. Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran, (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian, dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): “Salamun ‘alaikum bima shabartum”. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. QS. Ar-Ra’du [13] : 18-24. Dari rangkaian ayat-ayat di atas, terdapat beberapa perintah untuk kita laksanakan, agar semua bisa berkumpul di surga ‘Adn yang penuh keindahan, kenikmatan dan kebahagiaan hakiki.
?Istijabah terhadap perintah Allah (QS. Ar-Ra’du : 18)
Orang-orang yang beriman selalu mendengar dan taat terhadap perintah Allah Ta’ala. Mereka bersegera menyambut seruan Allah untuk melaksanakan berbagai kewajiban dalam berbagai bidang kehidupan. Ada perintah untuk kita laksanakan, ada pula larangan untuk kita tinggalkan. Suami dan istri yang selalu istijabah terhadap perintah Allah akan mengutamakan memenuhi perintah Allah dan meninggalkan laranganNya. Allah Ta’ala telah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan.” (QS. Al-Anfal: 24) Nabi Saw bersabda: “Bersegeralah kalian melakukan amal shalih karena adanya fitnah sebagaimana malam yang gelap. Seseorang menjadi mukmin di pagi hari dan sore hari menjadi kafir. Di sore hari mukmin lalu pagi hari menjadi kafir. Dia menjual agamanya dengan kesenangan dunia.” (HR. Muslim) Betapa banyak keluarga berantakan karena pelanggaran yang dilakukan oleh suami dan istri. Dampaknya anak-anak ikut mudah melakukan pelanggaran. Jika keluarga sudah membiasakan melakukan pelanggaran, maka tidak akan ada kebahagiaan yang bisa mereka dapatkan. Di dunia, akan mendapatkan kebahagiaan semu. Di akhirat, mereka mendapatkan balasan dari keburukan yang mereka lakukan.
?Setia memenuhi janji Allah (QS. Ar-Ra’du : 20)
Orang-orang beriman selalu setia memenuhi janji Allah dan tidak melanggar perjanjian dengan Allah. Ada banyak perjanjian manusia dengan Allah, di antaranya adalah perjanjian keimanan yang sudah diikrarkan sejak sebelum lahir ke dunia. “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)” (Al-A’raf 172). Suami dan istri yang beriman akan selalu memenuhi janji keimanan kepada Allah, janji untuk selalu menjadikan Allah sebagai tujuan kehidupan, sebagaimana ikrar yang selalu terucap : inna shalati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil ‘aalamin. Bahwa shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah pencipta alam semesta.
?Menghubungkan apa yang Allah perintahkan (QS. Ar-Ra’du : 21)
Islam sangat menjaga tali persaudaraan, dan tidak menghendaki ummatnya untuk merusak hubungan kekeluargaan. Allah menghendaki orang-orang beriman untuk selalu menjaga hubungan silaturahim dan tidak memutuskannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Allah ’azza wa jalla berfirman: Aku adalah Ar Rahman. Aku menciptakan rahim dan Aku mengambilnya dari nama-Ku. Siapa yang menyambungnya, niscaya Aku akan menjaga haknya. Dan siapa yang memutusnya, niscaya Aku akan memutus dirinya.” (HR. Ahmad 1/194). Pasangan suami dan istri yang beriman akan selalu menjaga hubungan sakral yang terjadi di antara mereka disebabkan akad nikah yang telah mereka ikrarkan. Suami dan istri juga selalu menyambung tali silaturahim dengan orang tua, saudara dan sanak kerabat, karena hal ini diperintahkan oleh Allah. Adapun orang yang tidak beriman, akan sangat mudah merusak serta memutus tali persaudaraan yang sudah Allah berikan kepada mereka.
?Selalu takut kepada Allah (QS. Ar-Ra’du : 21)
Orang yang takut kepada Allah akan selalu menjaga diri baik dalam keramaian maupun kesendirian. Maka suami dan istri yang takut kepada Allah akan selalu menjauhi tindakan maksiat, dosa serta perbuatan menyimpang lainnya. Mereka menjadi pribadi yang lurus, berbudi pekerti mulia, takut melakukan pelanggaran dan penyimpangan, karena didasari rasa takut kepada Allah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Perasaan takut selamanya mengandung makna pengharapan, jika tidak demikian maka yang terjadi adalah sifat putus asa. Demikian juga, pengharapan membutuhkan perasaan takut, jika tidak demikian maka merupakan suatu ketenangan (yang menipu). Maka orang yang mempunyai perasaan takut dan pengharapan kepada Allah Ta’ala, mereka adalah orang-orang yang berilmu yang dipuji Allah Ta’ala.” Pasangan suami istri yang tidak takut kepada Allah akan mudah melakukan perselingkuhan, penyelewengan, serta berbagai perbuatan tercela lainnya. Seakan tidak ada yang mengawasi perbuatan mereka. Hal inilah yang menghancurkan kebahagiaan dan keutuhan keluarga, karena sudah tidak memiliki rasa takut kepada Allah.
?Bersabar dalam mencari ridha Allah (QS. Ar-Ra’du : 22)
Ada sangat banyak hambatan dan godaan ketika kita berada di jalan Allah, maka bersabar adalah sebuah keharusan. Pasangan suami dan istri hendaknya saling menguatkan dalam kesabaran, agar mereka bisa merasa ringan dalam mencari keridhaan Allah. Karena kesabaran adalah hal yang berat, maka balasan yang Allah berikan kepada orang yang bersabar juga sangat istimewa. Allah telah berfirman, “Mereka itulah orang-orang yang dibalas dengan kedudukan-kedudukan tinggi (di surga) dengan sebab kesabaran mereka.” (QS. Al Furqan [25] : 75). Pasangan suami istri yang tidak bersabar terhadap berbagai gangguan, godaan, dan cobaan, akan mudah menyerah dengan keadaan. Untuk mencari rejeki yang halal, harus sabar dengan kesulitannya. Untuk mendapatkan penghidupan yang berkah, harus sabar dengan prosesnya. Semua memerlukan kesabaran, apalagi hidup di zaman teknologi yang membuat orang semakin mudah bersaing secara brutal.
?Menegakkan shalat (QS. Ar-Ra’du : 22)
Shalat merupakan tiang penegak agama seseorang, dan menjadi amal yang akan dihisab pertama kali di akhirat kelak. Shalat adalah ibadah pokok dalam Islam yang menghantarkan pelakunya mendapatkan cahaya dan keselamatan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang menjaga shalat lima waktu, baginya cahaya, bukti dan keselamatan pada hari kiamat. Siapa yang tidak menjaganya, maka ia tidak mendapatkan cahaya, bukti, dan juga tidak mendapat keselamatan. Pada hari kiamat, ia akan bersama Qorun, Fir’aun, Haman, dan Ubay bin Khalaf.” (HR. Ahmad 2: 169). Pasangan suami istri yang selalu menjaga shalat lima waktu, apalagi menambah dengan shalat-shalat sunnah, maka mereka telah menegakkan pondasi agama yang kokoh dalam keluarganya. Namun ketika suami dan istri meninggalkan shalat, meremehkan dan tidak mengutamakan shalat, maka pondasi kehidupan rumah tangga merekapun rapuh dan mudah goyah.
?Menafkahkan rejeki (QS. Ar-Ra’du : 22)
Orang beriman selalu menyadari bahwa dalam hartanya ada hak orang lain yang harus ditunaikan. Maka ada infaq yang wajib dikeluarkan berupa zakat, ada pula infaq yang sunnah berupa shadaqah dan lain-lain. Pasangan suami istri yang murah dan mudah dalam mengeluarkan infaq, akan mendapatkan ganti dan pemberian yang melimpah dari sisi Allah. Mengeluarkan infaq tidak akan membuat seseorang menjadi jatuh miskin. Allah telah berfirman: “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, niscaya Dia akan menggantinya” (QS. Saba’ : 39).] Nabi Saw telah bersabda, “Tidaklah para hamba berada di pagi hari kecuali di dalamnya terdapat dua malaikat yang turun. Salah satunya berdo’a, ‘Ya Allah, berikanlah kepada orang yang berinfak ganti (dari apa yang ia infakkan)’. Sedang yang lain berkata, ‘Ya Allah, berikanlah kepada orang yang menahan (hartanya) kebinasaan (hartanya)”. (Riwayat Imam Bukhari). Maka keluarga yang murah dan mudah dalam mengeluarkan infaq, akan mendapatkan kemurahan dan kemudahan pula dari Allah Ta’ala, baik di dunia maupun di akhirat.
?Menolak kejahatan dengan kebaikan (QS. Ar-Ra’du : 22)
Orang-orang yang beriman diperintahkan untuk menolak kejahatan atau keburukan dengan kebaikan, sebagaimana dinyatakan di dalam ayat: “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (QS. Fushilat: 34-35). Ibnu ‘Abbas Ra mengatakan, “Allah memerintahkan pada orang beriman untuk bersabar ketika ada yang membuat marah, membalas dengan kebaikan jika ada yang berbuat jahil, dan memaafkan ketika ada yang berbuat jelek. Jika setiap hamba melakukan semacam ini, Allah akan melindunginya dari gangguan setan dan akan menundukkan musuh-musuhnya. Malah yang semula bermusuhan bisa menjadi teman dekatnya karena tingkah laku baik semacam ini.” Pasangan suami istri yang tidak berlaku semena-mena terhadap pasangannya, keluarga maupun terhadap orang lain, bahkan membalas keburukan dengan kebaikan, maka akan menumbuhkan rasa cinta kasih yang semakin kuat di antara mereka. Kehidupan keluarga akan diwarnai bahagia sejak di dunia hingga kelak di surga. “Orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): Salamun ‘alaikum bima shabartum. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu”. Semoga kita bisa meraihnya bersama seluruh anggota keluarga. Aamiin.
Oleh : Cahyadi Takariawan