Mencermati Teknologi Informasi: Memaksimalkan Manfaat dan Meminimalisir Dampak Negatif Terhadap Anak”
Fitrah bermakna suci, yang berarti semua manusia terlahir dengan kecenderungan kepada kebaikan. Hal ini harus menjadi modal awal kita dalam mengasuh anak, agar kita percaya diri bahwa pengaruh luar seperti teknologi dan lingkungan tidak dijadikan sebagai kambing hitam atas perilaku anak-anak yang kurang baik.
Maka itu, jika ada anak yang berperilaku buruk seperti tidak mandiri, malas belajar, membangkang, tidak disiplin, bahkan yang lebih buruk lagi terjerumus pada narkoba, hamil diluar nikah, tanggung jawab dan kesalahan sepenuhnya ada pada orangtua, bukan pada teman-temannya ataupun sekolahnya.
Zaman dahulu, sebelum adanya berbagai channel Televisi dan koneksi internet, sebelum merajalelanyanya jejaring sosial, mendidik dan mengawasi anak lebih mudah. Kini, dengan adanya kemajuan teknologi tersebut, para orangtua dihadapkan pada tantangan untuk mengatasi dampak negatifnya terhadap anak-anak. Dampak negatif tersebut tidak hanya dari segi kontennya saja seperti pornografi, kekerasan, dan lain-lain, tetapi juga dari segi non kontennya yang dapat menyita waktu keluarga dari kebersamaan yang sesungguhnya, sehingga meskipun raga berada dalam satu ruangan, tetapi jiwanya sibuk masing-masing. Terlebih lagi kecanduan teknologi dapat mempengaruhi perilaku anak-anak antara lain menjadi kurang sensitif, kurang konsentrasi, rewel dan agresif, dll.
Kebanyakan anak-anak kita tidak betah berlama-lama bersama dengan orangtuanya. Hal ini dikarenakan mayoritas orangtua tidak menyadari bahwa yang mereka lakukan adalah berkomunikasi satu arah. Hanya menasehati anak terus menerus tanpa mendengar pendapat mereka. Meskipun nasehat dan pesan dari orangtua tersebut adalah hal yang positif, tetapi ini seperti mengisi gelas yang kosong secara terus menerus hingga akhirnya menjadi “luber” dan tumpah, artinya nasehat-nasehat kita sebagai orangtua yang terlalu berlebihan akhirnya tidak lagi didengar oleh anak-anak kita. Bukan berarti orangtua tidak boleh menasehati anaknya, hanya saja pendapat dan pandangan-pandangan anak wajib pula didengarkan.
Jadi, sebelum berbicara tentang teknologi, memang ada baiknya berbicara tentang pola asuh kita sebagai orangtua. Karena bukan zamannya lagi teknologi disalahkan atas perilaku negatif anak , tetapi seharusnya dijadikan sarana kebaikan bagi keluarga.
Hal-hal yang dapat kita manfaatkan dari teknologi antara lain :
- Teknologi adalah samudera pengetahuan, dengan adanya layanan pencarian di internet semacam Google, Youtube, dll, berbagai informasi yang dibutuhkan bisa didapatkan dengan mudah.
- Teknologi dapat menjadi sarana kedekatan orangtua dengan anak.
Seharusnya dengan adanya teknologi, keterbatasan waktu yang dimiliki orangtua untuk bersama anak dapat disiasati. Orangtua dapat lebih sering berkomunikasi dengan anak melalui perantara teknologi.
Usulan-usulan dari Abah Ihsan untuk memaksimalkan manfaat dan meminimalisir dampak negatif teknologi:
- Teknologi seharusnya diperbolehkan, tetapi harus ditetapkan batasan-batasan yang jelas. Karena pada dasarnya semua hal boleh dilakukan oleh anak, sepanjang tidak berlebihan.
- Jika batasan-batasan yang ada dilanggar, maka harus diberikan konsekuensi. Orangtua harus tegas memberlakukan konsekuensi ini.
Pertanyaan dan Jawaban
Pertanyaan 1: Bagaimana dampak anak usia 3 tahun yang diperkenalkan dengan gadget, film kartun dan game? (Bapak Hari, Jerman)
Jawaban: Sebagian orangtua di Indonesia bangga saat anak balitanya mahir memainkan gadget. Padahal seharusnya anak seusia itu yang distimulasi adalah perkembangan motoriknya. Bermain selama satu jam diluar atau didalam rumah bersama teman atau saudara lebih baik dibanding berdiam diri didepan TV atau komputer, meskipun tayangan yang ditonton adalah tayangan yang bersifat edukatif. Dampak minimum yang dapat terjadi saat anak terlalu akrab dengan gadget adalah ada momen yang hilang. Saat anak bermain dengan teman-temannya, anak belajar untuk menjadi pemimpin, membentuk karakter, belajar bekerjasama, belajar berkomunikasi, dan lain-lain.
Pertanyaan tambahan dari Bapak Hari : Apakah indikator cukup buat anak untuk bermain diluar, apakah waktu bermain disekolah saja sudah cukup, krn saat musim dingin, waktu bermain anak diluar rumah sangatlah kurang
Jawaban : Intinya adalah anak bermain, diluar rumah ataupun didalam rumah tidak masalah, yang penting anak terstimulasi secara fisik agar otaknya juga terstimulasi. Karena disaat anak bergerak, sel-sel otaknya juga akan terangsang. Disinilah orangtua harus kreatif dalam mendampingi anak bermain.
Pertanyaan 2: Bagaimana mengatasi anak usia 5 tahun dan 12 tahun yang sudah terlanjur addicted dengan gadget? (Ibu Yusi, Wina, Austria)
Jawaban: Semua anak wajib memiliki kedekatan emosi dengan orangtua. Ketika anak sudah merasa dekat dengan orangtua, anak akan merasa malu untuk mengecewakan orangtua. Cara mengasah kedekatan dengan anak adalah selalu menyediakan waktu untuk bersama-sama dengan anak setidaknya selama 30 menit setiap hari. Hanya fokus pada anak dan tidak disambi dengan yang lain. Dengan adanya kedekatan ini, mudah bagi orangtua untuk berbicara dari hati ke hati dengan anak untuk membicarakan batasan-batasan seperti apa yang akan ditetapkan.
Dituliskan kembali oleh: Intan Savitri